Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Faktor Risiko Sel Kanker Tumbuh di Usus Besar

Kompas.com - 16/02/2015, 08:10 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


KOMPAS.com - Pola makan yang tidak sehat menjadi salah satu pemicu terjadinya kanker kolorektal. Penderita kanker yang berkembang di usus besar dan bagian rektum (akhir usus besar menjelang anus) ini terus meningkat di Asia.

Kanker kolorektal memang lebih banyak ditemui di negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa. Tetapi, di negara-negara berkembang di Asia terjadi peningkatan kasus kanker ini.

"Kanker ini banyak di HongKong, Jepang, Korea, dan Singapura. Tren tersebut bukan tidak mungkin juga akan dialami Indonesia. Apalagi saat ini ekonomi Indonesia juga tumbuh sangat cepat sehingga terjadi pergeseran pola makan," kata Dr.Dean Koh Chi-Siong, ahli bedah kolorektal dari Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena SIngapura, dalam media diskusi di Jakarta (13/2/15).

Pola makan yang tinggi lemak dan kurang buah dan sayur, ditambah lagi dengan obesitas, menjadi faktor risiko utama dari kanker ini. Meski kanker ini lebih banyak diderita orang berusia di atas 50 tahun, tapi saat ini semakin banyak pasien yang masih berusia produktif.

"Faktor -faktor risiko seperti gaya hidup tidak sehat, merokok, konsumsi alkohol, dan kurang bergerak, berperan hampir 90 persen terhadap terjadinya kanker ini. Faktor genetik dan ada riwayat dalam keluarga juga berperan, tapi pengaruhnya kecil," kata Dean Koh.

Dibandingkan dengan jenis kanker lainnya, sebenarnya kanker kolorektal memiliki tahap pra-kanker berupa polip di usus besar atau rektum. Tetapi kebanyakan orang terlambat menyadari bahwa dia terkena kanker. Biasanya baru memeriksakan diri beberapa bulan setelah mengalami perubahan kebiasaan buang air besar.

"Waspadai kalau terjadi perubahan pola buang air besar, misalnya yang tadinya lancar sekarang jadi sulit. Atau ada darah dalam feses. Memang gejalanya mirip dengan wasir, makanya harus segera diperiksakan. Kalau ternyata bukan kanker tentu tak apa, tapi kalau ternyata ditemukan ada polip atau kanker, bisa langsung diobati," paparnya.

Pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah kolonoskopi dan biopsi jika ditemukan ada polip. "Kolonoskopi ini bisa dilakukan tak sampai 30 menit. Kalau ada polip pun bisa langsung diangkat sehingga tak sampai jadi kanker," ujar dokter yang menjadi sekretaris Perhimpunan Dokter Bedah Kolorektal di Singapura ini.

Keberadaan polip merupakan penanda awal untuk lebih waspada terhadap kanker. "Kanker tidak terjadi dalam semalam. Dari polip, biasanya butuh waktu 5-10 tahun sebelum terjadi kanker," katanya.

Karena itulah pemeriksaan dini perlu dilakukan secara rutin minimal setahun sekali, terlebih pada orang-orang yang memiliki faktor risiko.

Terapi utama dari kanker kolorektal adalah pembedahan. Pada pasien kanker kolorektal stadium 1 dan 2 biasanya hanya dioperasi saja tanpa kemoterapi. Sementara pasien di stadium 3 dan 4 membutuhkan radiasi selain operasi karena biasanya kankernya sudah menyebar.

Operasi bertujuan untuk memotong bagian usus yang terkena sel kanker. Kemajuan teknologi dalam dunia bedah memungkinkan operasi minimal invasif dengan sayatan sekitar 1 cm, yakni menggunakan instrumen laparoskopi.

Teknologi yang lebih baru lagi adalah menggunakan teknologi robot yang dikendalikan oleh dokter bedah. Dengan teknik ini akan diperoleh hasil yang lebih akurat dan detail.

 
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com