Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/04/2015, 07:11 WIB

KOMPAS.com - Jika tujuan Anda melakukan olahraga lari adalah untuk sehat, maka rutinlah joging keliling kompleks ketimbang melakukan kompetisi lari atau marathon.

Melakukan program latihan berat, seperti lari marathon ternyata bisa mengundang berbagai penyakit, misalnya saja gangguan memori, gigi tanggal, berkurangnya hasrat seksual, sulit hamil, rendahnya sel imun, sampai gangguan jantung. Pelari jarak jauh juga rentan cedera.

Steve Berkman, ahli fisioterapi dari London, mengatakan bahwa belakangan ini terjadi peningkatan jumlah pasien wanita yang sudah mengikuti kompetisi marathon atau triathlon.

"Dengan berlari sekitar 15-20 mil perminggu mereka mungkin akan mendapat manfaat kebugaran dan kesehatan kardiovaskular. Tapi karena ingin lebih cepat fit mereka tak memberi kesempatan otot dan tendon untuk beradaptasi sehingga cedera," katanya.

Manfaat paling nyata dari regimen latihan berat dan ringan diungkap oleh peneliti dari Denmark yang melacak lebih dari 5000 orang selama 12 tahun.

Mereka menemukan bahwa pelari ringan (yang berlari tak lebih dari 3 kali seminggu dan total waktunya 2,5 jam) ternyata memiliki angka kematian lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak berolahraga sama sekali dan mereka yang melakukan olahraga ekstrim.

Sementara itu, studi yang dilakukan tim dari Universitas Oxford selama 9 tahun terhadap lebih dari satu juta wanita berusia pertengahan di Inggris menemukan hal yang hampir sama. Mereka yang melakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berkebun 4 kali dalam seminggu ternyata risikonya terkena gangguan jantung 20 persen lebih rendah dibanding wanita yang tidak aktif.

Bukan hanya itu, riset juga mengungkapkan bahwa wanita yang melakukan olahraga berat lebih beresiko menderita penyakit jantung dan stroke.

Salah satu teori menyebutkan, berolahraga dalam skala sedang akan meningkatkan panjang telomer seseorang. Telomer berfungsi untuk melindungi ujung kromosom. Seiring usia telomer akan terus memendek dan pada akhirnya sel akan mati.

Telomer yang pendek juga dikaitkan dengan meningkatnya kematian dini dan penyakit-penyakit yang terkait usia, misalnya kanker.

Pada tahun 2013, sebuah studi yang dimuat di jurnal Lancet menemukan bahwa olahraga moderat yang dikombinasikan dengan pola makan sehat akan menghasilkan stimulus untuk memperpanjang telomer. Sebaliknya, olahraga berat memiliki efek berlawanan, yakni memperpendek telomer.

"Jika tujuan Anda adalah ingin sehat dan memperpanjang usia, melakukan joging beberapa kali seminggu dengan kecepatan sedang adalah strategi yang baik. Lebih dari itu malah bisa merugikan," kata Dr.Peter Schnohr, ahli kardiologi yang melakukan studi ini.

Studi lain yang dilakukan di Jepang juga menyebutkan bahwa olahraga intensitas rendah seperti jalan cepat akan meningkatkan aktivitas di bagian otak hipocampus yang bermanfaat untuk membentuk memori baru.

Para ahli di Tiongkok menyebutkan bahwa olahraga yang membuat tubuh kelelahan akan menyebabkan ketidakseimbangan zat kimia yang bisa membunuh sel-sel otak di bagian hipocampus dan menurunkan kemampuan sel berkomunikasi satu sama lain.

Terlalu berat berolahraga juga akan menyebabkan kelebihan zat kimia glutamat di otak, yang akhirnya memicu gangguan memori dan kemampuan berpikir. Hal ini ditemukan pada para atlet.

Di luar semua itu, ternyata yang paling mengkhawatirkan adalah masalah jantung. Tidak seperti otot di bagian tubuh lain, jantung bisa membesar dengan olahraga teratur. Olahraga dengan intensitas tinggi dan berat secara parsial memengaruhi ventrikel kanan.

Pembesaran ventrikel kanan tersebut akan memengaruhi sistem kelistrikan jantung sehingga irama jantung menjadi abnormal. Efek yang akan dirasakan dalam jangka panjang adalah nyeri dada, sesak napas, serta pucat.

Gangguan jantung itu bisa bersifat fatal. Dalam setahun diperkirakan ada 15.000 kasus kematian mendadak pada pelari rekreasional.

Sekali lagi, nasihat bijak yang menyebutkan segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, mungkin ada benarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com