Tentunya ada upah yang diberikan untuk para calo ini. Namun, Sigit mengaku tidak memiliki patokan harga. Sigit mengatakan, biasanya tak lebih dari Rp 50.000.
“Saya mah dikasih berapa saja ya terima. Terserah saja yang ngasih berapa,” kata Sigit.
Praktik percaloan ini memang menguntungkan bagi pasien yang memiliki uang lebih untuk membayar calo. Namun, sangat merugikan bagi pasien tidak mampu karena mereka tidak memiliki dana lebih untuk membayar calo sehingga terkadang harus menunggu lama, bahkan baru keesokan harinya dilayani berobat karena nomor antrean sudah tutup.
Pada pasien rumah sakit rujukan nasional yang berasal dari luar kota dan tidak mampu, terkadang mereka terpaksa menginap di lobi rumah sakit untuk mendapatkan nomor antrean.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.