Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/05/2015, 09:53 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis

 


KOMPAS.com
 – Data World Breastfeeding Trends Initiative (WBTI) pada 2012 mencatat, hanya 27,5 persen ibu di Indonesia mampu memberikan ASI eksklusif. Tak heran, angka ini menempatkan Indonesia di peringkat 49 dari 51 negara pendukung pemberian ASI eksklusif.

Bersamaan dengan itu, Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan Angka Kematian Bayi di Indonesia masih tinggi, yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup atau sebanyak 144.000 bayi. Di tahun yang sama, WHO mencatat angka AKB di dunia sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup. Angka itu masih jauh di bawah target Millenium Development Goal (MDGs) kelima, yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup pada 2015.

"Artinya, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal dan setiap 6 menit 1 bayi Indonesia meninggal kerena tidak memperoleh air susu dari ibunya pada satu jam pertama kelahiran," ujar Mia Sutanto, pendiri Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI).

Padahal, lanjut Mia, pemberian ASI eksklusif adalah salah satu upaya menurunkan tingkat kematian bayi. Inisiasi menyusui dini dapat menyelamatkan 22 persen kematian bayi baru lahir. ASI juga terbukti dapat mencegah 13 persen kematian balita.

"Apakah semua itu kesalahan kaum ibu, tentu saja tidak. Bentuk dukungan untuk merekalah yang kurang dan itu menjadi penyebabnya," tutur Mia.

Dia mengatakan, para ibu menyusui kurang mendapatkan edukasi tentang pentingnya ASI. Padahal ASI eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan bayi. Selain itu, saat ibu memberikan ASI secara maksimal, otomatis ibu mentrasfer imunitasnya kepada bayi. Jadi, bila ibu sehat, bayi pun akan sehat.

Mia mengakui, hal itu memang tidak mudah dipraktikan, karena para ibu harus memberikan ASI eksklusif dari usia 0-6 bulan. Apalagi, banyak kendala dihadai para ibu menyusui. Mereka yang sibuk bekerja memilih memberikan susu formula. Padahal, kandungan susu formula tidak sebaik ASI. ASI memiliki fungsi menyeluruh pada bayi, sedangkan susu formula hanya memacu sebagian saja.

"Jadi, sudah sangat jelas bahwa memberikan ASI eksklusif adalah hal yang tidak bisa digantikan," ujar Mia.

Peran suami

Menurut dia, peran suami dalam pemberian ASI eksklusif menjadi salah satu pengaruh. Suami juga perlu ikut belajar mengenai pentingnya ASI. Perhatian dari lingkungan terdekat adalah hal paling utama dibutuhkan oleh para ibu menyusui.

Shutterstock Ilustrasi

"Sudah ada beberapa penelitian menunjukkan kalau suami mendukung istrinya memberikan ASI, maka angka keberhasilannya hampir 100 persen. Tapi, kalau tidak, hanya sekitar 30 persen," ucap dia.

Selain itu, kesibukan jangan dijadikan beban melainkan tantangan. Maka dari itu, Mia bersama-sama rekan di Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) biasanya memberikan edukasi dan dukungan bahwa para ibu yang juga wanita karier tetap dapat memberikan ASI eksklusif.

"Ketika sudah kembali berkerja, para ibu dapat memerah ASI secara rutin di kantor dengan rentang waktu dua sampai tiga jam sekali," tuturnya.

Pada 2007, AIMI mulai mengkampanyekan pentingnya ASI eksklusif selama 6 bulan, lalu dilanjutkan hingga usia dua tahun. Saat ini, AIMI sudah memiliki ribuan anggota yang tersebar di 11 provinsi. Walaupun begitu, kampanye akan pentingnya ASI eksklusif dan dukungan pada ibu menyusui harus terus diupayakan. Hal terpenting yang harus ditanamkan bahwa bayi lebih sehat dengan ASI ekslusif.

Rasanya, tak mungkin membiarkan AIMI beraksi sendiri untuk mengedukasi ibu agar peduli memberikan ASI eksklusif. Saat ini, GrabTaxi turut mendukung gerakan yang dilakukan Mia. Dengan menggunakan promo code "MIAAIMI" saat menggunakan GrabTaxi, Anda tak hanya akan mendapatkan potongan sebesar Rp15.000, namun juga ikut menyumbang Rp 2.500 pada organisasi sosial tersebut.

Selain Mia, masih ada 7 perempuan lainnya yang juga ikut terlibat dalam kampanye terbaru GrabTaxi ini. Cek di sini untuk mengetahui kisah #WanitaInspiratif yang selengkapnya. Jangan lupa juga untuk menonton video mereka di sini. Ayo dukung gerakan sosial mereka!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com