Mereka adalah para lulusan Ilmu Keperawatan dari seluruh Indonesia yang mendaftar dan lolos seleksi. Sebelum diberangkatkan, mereka telah mendapatkan pelatihan bahasa Jepang selama 6 bulan. Setelah itu, setiba di Jepang mereka akan kembali mendapat pelatihan bahasa Jepang selama 6 bulan. Mereka akan disebar di sejumlah wilayah di Jepang dengan penempatan selama 3-4 tahun.
Di Jepang, para calon perawat akan mengikuti ujian nasional bersama calon perawat dari negara lain, termasuk Jepang sendiri. Jika lulus ujian, para perawat dari Indonesia ini bisa melanjutkan untuk bekerja di Jepang.
Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Kementerian Kesehatan Usman Sumantri memaparkan, sebanyak 281 orang itu terdiri dari 66 calon perawat dan 212 calon care worker.
Untuk calon perawat di Jepang, para kandidat telah memiliki pengalaman bekerja sebagai perawat minimal dua tahun. Mereka yang memiliki pengalaman di bawah dua tahun, akhirnya mendaftar sebagai care worker.
Usman berharap, para tenaga perawat dari Indonesia dapat bekerja dengan baik dan mampu bersaing dengan taraf internasional. Menurut Usman, penempatan tenaga perawat di Jepang, selain untuk membuka lapangan pekerjaan, juga diharapkan dapat menjadi transfer ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan,guna meningkatkan kualitas pelayanan di tanah air.
"Semoga bisa memberikan manfaat kesehatan di Jepang dan Indonesia," kata Usman dihadapan para calon perawat.
IJEPA sendiri sudah terjalin sejak tahun 2007. Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid mengungkapkan, sejak tahun 2007 hingga kini, pengiriman perawat ke Jepang mencapai 1513 orang.
"Ini adalah jumlah tersbesar di antara negara pengirim lain, seperti Filipina dan Vietnam. Indonesia paling besar," ujar Nusron.
Dalam kurun waktu tahun 2010 hingga 2014, permintaan tenaga perawat untuk bekerja di luar negeri cukup tinggi, yaitu 15.431 orang. Namun, dari jumlah tersebut baru terpenuhi sebanyak 36,5 persen.