Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/07/2015, 16:16 WIB


KOMPAS.com
- Melihat anak kecil sibuk dengan gadget tampaknya kini sudah menjadi pemandangan yang umum. Anak-anak tak lagi menghabiskan waktu dengan bermain sepeda atau bermain bola dengan teman-temannya di luar rumah. Tapi, menghabiskan waktunya dengan  bermain gadget. Ini tentu bukan tanpa efek negative. Karena itu, orangtua perlu mengenali tanda anak kecanduan gadget, agar dapat segera diatasi dan tak berefek buruk pada perkembangan anak, baik psikis maupun fisik.

 

Sejatinya, semua hal berbau teknologi diciptakan demi memudahkan manusia. Demikian pula gadget. Ada banyak manfaat yang bisa didapat dari sebuah gadget. Tentang smartphone, kita dapat menggunakannya kapan dan di mana saja. Dengan koneksi internet, kita bisa melakukan apa saja dengan handphone canggih ini; bertukar pesan, menjelajah dunia maya, sampai membaca berita-berita terkini dari seluruh dunia.

 

Meski begitu, di balik manfaatnya, keterikatan pada gadget  tanpa kenal waktu tentu menyimpan ancaman, yang terbesar adalah ”kecanduan”, ini juga berlaku pada anak-anak. Banyak anak-anak di bawah lima tahun yang sudah begitu akrab dengan gadget (iPad, misalnya). Tak hanya terjadi di Indonesia, kondisi ini pun dialami hampir di seluruh dunia. Di Inggris, umpamanya, seorang anak perempuan berusia 4 tahun dilaporkan mengalami kecanduan iPad dan harus dirawat oleh psikiater. Gadis cilik ini digambarkan telah terobsesi dengan iPad.  Saat iPad-nya diambil,  dia akan mengamuk, tidak dapat dihibur, dan tidak mampu mengontrol tingkah lakunya.

 

Kira-kira seperti itulah ciri  anak yang begitu ketergantungan dengan gadget.  Mereka akan sangat terikat dengan perangkat itu dan ingin selalu bermain tanpa henti. Perilaku kecanduan ini juga ditandai dengan perasaan kurang nyaman, gelisah, cemas, dan marah, bahkan mengamuk saat gadgetnya diambil. Berikut ciri-ciri anak kecanduan gadget:

-          Waktu bermain cukup lama, di atas 6 jam.

-          Terobsesi. Anak akan marah, sedih, atau frustrasi kalau tidak bermain. Saat orangtua menolak meminjamkan gadget, anak bisa naik pitam. Demikian juga, bila orangtua hendak mengambil gadget yang sedang dimainkan anak.

-           Enggan bersosialisasi, anak lebih sibuk dengan gadget-nya.

-          Rutinitas terganggu (malas makan/mandi).

-          Bolos sekolah, lalai mengerjakan tugas sekolah. Berbagai pekerjaan rumah dibiarkan menumpuk tanpa tersentuh.

-          Pola tidur terganggu. Ini karena anak senang bermain sampai larut malam. 


Nah, bila mendapati tanda-tanda anak kecanduan gadget , orangtua jangan panik dulu, masih banyak jalan untuk mengatasinya. Langkah-langkah berikut ini dapat membantu mengatasi kecanduan gadget pada anak:

1. Kurangi frekuensi bermain secara bertahap.

Jangan hentikan kebiasaan anak bermain gadget sekaligus. Cobalah menguranginya secara bertahap. Penghentian sekaligus hanya akan membuat anak memberontak dan marah besar. Coba kurangi dari yang biasanya 8 jam sehari, menjadi 6 jam sehari selama satu minggu, kurangi lagi menjadi 4 jam di minggu berikutnya, demikian seterusnya. Batas maksimal anak bermain gadget  adalah 2 jam/hari.

 2. Ajak anak bersosialisasi dengan teman sebaya.

Bisa jadi anak bermain gadget,  karena tidak ada aktivitas menyenangkan dengan teman-teman sebaya. Untuk itu, ajak anak untuk bermain dengan teman sebayanya, bisa dengan mengundang teman-temannya ke rumah atau ajak ia berkunjung ke rumah temannya di sekolah. Dengan banyak teman, ia akan sibuk dengan teman-temannya itu. Dorong mereka untuk bermain aktif, seperti bermain bola, petak umpet, dan sebagainya.

 3. anak dengan berbagai aktivitas menarik.

Sediakan alternatif permainan pengganti, sehingga anak lebih menikmati aktivitas itu, daripada sekadar bermain gadget. Permainan yang dipilih sarat dengan interaksi, komunikasi, kerja sama, dan lain-lain. Entah bermain kartu UNO, monopoli, bermain bola tangkap, dan lain-lain.

4. Berikan reward.

Jangan sungkan untuk memberikan hadiah pelukan, ciuman, acungan jempol saat anak berhasil mengurangi frekeuensi bermain gadget-nya.

5. Jadilah panutan.

Jangan salahkan anak betah lama bermain gadget  kalau kita sendiri nonstop BBM-an  atau setiap 5 menit sekali membuat postingan di Facebook.  Apel tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Jika ingin mengendalikan anak bermain gadget, cobalah kendalikan diri kita untuk tidak berlama-lama menyentuh smartphone. Bisa juga dibuat aturan untuk seluruh anggota keluarga, misal, tidak bermain handphone  saat makan bersama.

6. Jangan beri anak gadget .

Ini sekadar imbauan. Dengan tidak memiliki gadget, orangtua memiliki kendali lebih. Gadget  milik orangtua, anak hanya meminjam. Entah dari fungsi pengawasan,  sekaligus lebih memudahkan orangtua saat hendak mengatasi anak yang kecanduan gadget.

 

Kapan datangi ahli?

Orangtua sebaiknya mendatangi ahli, entah psikolog atau psikiater, bila langkah-langkah di atas sudah diterapkan, tapi tidak berhasil. Anak semakin sulit diatur, sering mengamuk bila gadgetnya diambil, dan menunjukkan perilaku lain yang sangat mengganggu. Ahli akan mengobservasi penyebab kecanduan gadget  pada anak. Kemudian akan melakukan berbagai intervensi untuk mengatasi kecanduan gadget pada anak.

Fakta anak kecanduan gadget:

16.000 pound atau sekitar 300 juta rupiah lebih merupakan biaya ”digital detox” selama 28 hari yang harus dibayar orangtua di Inggris saat anak-anaknya mengalami ”kecanduan” gadget. ”Digital detox ” merupakan program rehabiltasi ”kecanduan” gadget yang didesain oleh Dr. Richard Graham dari Capio Nightingale Hospital, London. 

 

Narasumber:

FUDIN PANG, Akp, S.Psi, M.Psi  dari "ACCURATE" HEALTH CENTER MEDAN

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com