Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/08/2015, 20:15 WIB
Lily Turangan

Penulis

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Saat melihat alat tes kehamilan menghasilkan dua garis lurus, pasti Anda merasa gembira dan haru sekaligus (atau mungkin terkejut dan panik). Mengetahui bahwa dirinya hamil adalah momen yang paling tidak dapat dilupakan oleh wanita.

Tapi, pernahkah terpikir oleh Anda, bagaimana jika hasil tes itu salah? Bagaimana caranya untuk tahu bahwa alat tes di tangan Anda sungguh akurat dan terpercaya?

Kebanyakan alat tes kehamilan mandiri mengklaim akurat 99%. Itu artinya, mereka bisa tidak akurat sebanyak satu dari 100 tes. Meski nampaknya angka ini bukan angka yang besar, menyangka Anda hamil padahal tidak atau sebaliknya, tentu dapat mengakibatkan kekecewaan.

Cara kerja alat tes kehamilan

"Tes urin dan darah dimaksudkan untuk mencari senyawa protein yang disebut hCG. HCG adalah sejenis protein yang dihasilkan oleh sel telur yang sudah dibuahi," kata Dr. Nathana Lurvey, direktur medis kesehatan ibu dan anak Martin Luther King, Jr. Community Hospital di Los Angeles, California.

Karena hanya pemeriksaan fisik dan ultrasound yang bisa mendeteksi adanya janin dalam rahim seorang wanita, maka tes kehamilan yang Anda lakukan sendiri sebenarnya bertujuan untuk "menyaring" wanita mana yang perlu diperiksa dokter untuk memastikan ada atau tidaknya bayi dalam kandungan," jelas Lurvey.

Menurut Mayo Clinic, produksi hCG atau human chorionic gonadotropin dimulai segera setelah janin menempel di rahim. Dua atau tiga hari sesudahnya, jumlah hCG akan menjadi dua kali lipat. Karena tes kehamilan mandiri bekerja dengan cara mendeteksi hCG, semakin banyak jumlah hCG semakin akurat hasil tesnya.

Beberapa merk alat tes kehamilan mengaku, dapat mendeteksi keberadaan calon bayi dengan akurasi tinggi segera setelah menstruasi Anda berhenti. Bahkan, ada yang mengklaim dapat mendeteksi lebih cepat dari itu, yaitu tiga atau empat hari sebelum jadwal menstruasi dimulai.

Semakin dini belum tentu semakin baik

Dr. Lurvey mengatakan, semakin cepat belum tentu semakin baik jika itu menyangkut tes kehamilan.  Faktanya, Anda bisa terhindar dari patah hati jika mau sabar menunggu hasil yang benar-benar positif.

"Setengah dari tes kehamilan yang dilakukan sangat dini akan berubah menjadi bayi, tapi setengahnya lagi tidak," kata Lurvey lagi. Kehamilan yang tidak pernah berkembang menjadi janin adalah hal yang umum. Itu disebut 'kehamilan kimia (chemical pregnancy)'. Hal inilah yang kadang-kadang membingungkan wanita, bagaimana mereka bisa hamil ketika tidak ada bayi di dalam rahim."

“Kehamilan adalah suatu proses,” menurut Dr. Lurvey. "Hanya setelah lima atau enam minggu kehamilan, janin yang masih sangat kecil dapat terdeteksi."

Tingkatkan akurasinya

Alat tes kehamilan mandiri, bahkan yang digunakan di hadapan dokter, dapat memberikan kesalahan positif  (false positive) dan kesalahan negatif (false negative).

Mayo Clinic menyebutkan lebih banyak kesalahan negatif yang terjadi selama ini. Selain mematuhi aturan pada kemasan, berikut langkah-langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi kemungkinan hasil yang tidak akurat:

1. Lakukan tes segera setelah bangun pagi, saat konsentrasi senyawa-senyawa di dalam urin masih tinggi.

2. Tunggu sampai satu minggu terlambat menstruasi, barulah lakukan tes. Semakin lama Anda menunggu, semakin tinggi kadar hCG dalam darah

3. Jika masih ragu, temui dokter. Laboratorium medis terbiasa mengikuti protokol yang ketat dalam melakukan pengujian dan karena itu cenderung untuk memberi hasil yang akurat dan terpercaya, apakah Anda harus bersiap-siap menyambut kehadiran bayi atau tidak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com