Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/08/2015, 09:05 WIB
|
EditorBestari Kumala Dewi

KOMPAS.com - Baru-baru ini, para ahli merilis hasil penelitian tentang cara memasak nasi, yang dapat memangkas kandungan kalori dalam jumlah yang sangat signifikan.

Nasi bisa dikatakan sebagai kehidupan banyak bangsa. Sembilanpuluh persen orang Asia menjadikan nasi sebagai makanan pokoknya. Begitu juga di Karibia, hanya bedanya, mereka mencampur nasi dengan kacang-kacangan. Di Amerika Serikat, sebagian orang juga mengonsumsi nasi dalam jumlah moderat.

Nasi populer karena bisa dipadukan dengan macam-macam lauk dan sayur, harganya juga relatif murah. Tapi, seperti kebanyakan makanan bertepung, nasi penuh dengan karbohidrat. Konsumsi nasi putih berlebihan, disebut-sebut ada kaitannya dengan peningkatan risiko diabetes.

Satu cangkir nasi yang sudah dimasak mengandung sekitar 200 kalori, sebagian besarnya berupa tepung yang di dalam tubuh diolah jadi gula dan jika tidak terpakai, disimpan sebagai lemak.

Kabar baiknya, kini ada cara baru memasak nasi yang dapat memotong kandungan kalori hingga 50%.

Seorang mahasiswa program sarjana di College of Chemical Sciences di Sri Lanka bersama dosen pembimbingnya belum lama ini menemukan cara menanak nasi yang lebih sehat, yaitu memotong jumlah kalori di dalam nasi yang ditanak. Tak cuma itu, cara mereka menanak juga menawarkan beberapa manfaat sehat yang lain.

"Cara kami menanak nasi hampir sama dengan cara kalian. Didihkan air, sebelum memasukkan beras, kami tambahkan minyak kelapa sebanyak 3% dari berat beras yang akan ditanak," papar Sudhair James saat mempresentasikan temuannya di acara National Meeting & Exposition of the American Chemical Society (ACS ) pertengahan Maret 2015. "Setelah matang, dinginkan di kulkas selama 12 jam. Selesai."

Untuk memahami bagaimana beras dan minyak kelapa dapat memotong jumlah kalori sedemikian banyaknya, Anda harus sedikit belajar tentang ilmu kimia makanan.

Tidak semua tepung diciptakan sama. Ada tepung yang mudah dicerna, ada yang tidak mudah dicerna. Tepung yang mudah dicerna, gampang diubah menjadi glukosa kemudian menjadi glikogen di dalam tubuh. Sisa glikogen yang tidak terpakai akan disimpan sebagai lemak terutama di wilayah perut.


Sementara tepung yang tidak mudah dicerna, tidak diubah menjadi glukosa ataupun glikogen karena tubuh kita tidak punya cukup kemampuan untuk itu. Ini artinya, lebih sedikit juga kalori yang dihasilkan oleh tepung yang sulit dicerna.


"Kalau Anda bisa mengurangi jumlah tepung mudah cerna yang terkandung dalam suatu makanan, berarti Anda mengurangi jumlah kalorinya," kata Dr. Pushparajah Thavarajah , profesor yang menjadi dosen pembimbing dalam riset ini.


"Minyak kelapa berinteraksi dengan tepung dalam beras, sehingga komposisi senyawa dalam beras berubah. Dalam hal ini yang berubah adalah jumlah tepung mudah cernanya," kata James. "Proses pendinginan membantu mendorong konversi tepung. Hasilnya adalah nasi yang lebih sehat, bahkan ketika Anda memanaskannya kembali. "


Temuan duet mahasiswa dan dosen ini mendapat pujian dari banyak kalangan dan diulas di berbagai media utama di negara-negara Barat. Mereka menganggap temuan ini sangat penting, mengingat banyaknya penyakit berbahaya yang muncul akibat pola konsumsi kalori yang berlebihan.


"Dengan metode yang lebih baik, kami akan membuat nasi yang kalorinya berkurang sebanyak 60%," ujar James yang disambut tepuk tangan meriah para ilmuwan peserta kongres. Bravo James!

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+