Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/09/2015, 11:03 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hampir semua orang barangkali pernah merasakan nyeri. Nyeri bisa terjadi di bagian kepala, persendian seperti lutut, pinggang, hingga nyeri di perut seperti yang sering dialami wanita saat menstruasi.

Nyeri dibedakan menjadi dua, yaitu nyeri akut dan kronik. Nyeri akut, adalah nyeri yang waktunya singkat dan terjadi tiba-tiba. Sedangkan nyeri kronik, yaitu nyeri berlangsung cukup lama

Namun, derajat kesakitan setiap orang tentunya berbeda-beda. Dokter Spesialis Anestesi Dwi Pantja Wibowo mengatakan, rasa nyeri pun sangat subjektif. Semua bisa dipengaruhi oleh emosional, jenis kelamin, dan usia. Ada orang yang kuat menghadapi nyeri ada yang tidak.

Untuk itu, tak semua nyeri perlu minum obat. "Apa nyeri harus minum obat? Enggak juga. Minum obat kalau nyeri sudah mengganggu fungsi tubuh," terang Pantja dalam acara Pfizer Press Class di Jakarta, Selasa (8/9/2015).

Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Premier Bintaro itu menjelaskan, jika nyeri telah mengganggu fungsi tubuh, maka kegiatan sehari-hari dapat terganggu dan seseorang tidak dapat menjalankan hidupnya dengan baik. Konsumsi obat antinyeri bertujuan untuk meredakan nyeri, sehingga aktivitas dapat berjalan normal.

Meski obat dijual bebas, konsumsi obat antinyeri pun harus mengikuti tata caa penggunaannya. Baca terlebih dahulu keterangan di kemasan obat sebelum meminumnya. Jangan konsumsi terlalu berlebihan, karena bisa saja merusak organ tubuh lain, seperti ginjal.

Jika nyeri sangat ringan atau tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, maka obat antinyeri belum tentu diperlukan. Namun, semua itu kembali lagi pada subjektifitas masing-masing orang.

Hanya saja, Pantja mengingatkan bahwa nyeri merupakan salah satu alarm tubuh yang perlu diwaspadai. Jika nyeri tak kunjung hilang atau terjadi berulang, sebaiknya periksa ke dokter. Apalagi jika nyeri tidak mempan diobati setelah minum obat antinyeri. “Kita harus temukan, apa penyebab nyeri,” ujar Pantja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau