Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/10/2015, 19:35 WIB
KOMPAS.com - Jika bicara tentang diabetes, biasanya orang lebih fokus pada kerusakan organ pankreas sebagai penghasil insulin. Padahal, organ liver memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengaturan gula darah.

Liver atau hati berfungsi sebagai pusat produksi dan gudang penyimpanan gula darah. Ketika kadar insulin dalam darah sedang tinggi, saat sehabis makan misalnya, maka hati akan menyimpan semua kelebihan gula (glikogen) tadi untuk persediaan jika kelak dibutuhkan.

Ketika kadar insulin rendah, misalnya kita belum makan atau sedang tidur, pankreas akan melepaskan hormon yang disebut glukagon, yang akan mengubah glikogen menjadi glukosa dan melepaskannya sedikit-sedikit ke peredaran darah.

Produksi  glukosa  ini sangat sensitif dan bergantung pada kerja insulin. Karena itu, adanya resistensi insulin dan kekurangan insulin akan berdampak besar terhadap produksi glukosa oleh hati dan kadar glukosa di dalam darah.

Pada penderita diabetes tipe 2, resistensi insulin menyebabkan hati ‘kebal’ terhadap sinyal yang dihantarkan insulin sehingga jumlah glukosa  yang dihasilkan hati  menjadi terlalu  banyak.  

"Karena resistensi insulin, liver yang seharusnya berfungsi mengeluarkan insulin tidak bisa. Akhirnya yang bekerja pankreas untuk melepaskan insulin. Lama kelamaan pankreas capek dan rusak," kata dr.Aris Wibudi, Sp.PD, dalam acara peluncuran suplemen herbal Mediabetea dalam bentuk kapsul di Jakarta (20/10/15).

Aris mengatakan, pankreas sebenarnya adalah "korban" terakhir dari gangguan metabolisme. "Yang terganggu pertama kali adalah otot dan jaringan lemak yang tidak bisa menyimpan glukosa, baru liver, dan terakhir pankreas," ujarnya.

Tata laksana pengobatan diabetes pada umumnya bekerja di organ pankreas. Tujuan dari pengobatan tersebut adalah menurunkan kadar gula darah. "Sebenarnya hal ini tidak salah karena saat gula darah tinggi banyak sel yang rusak sehingga kadar gulanya harus diturunkan. Tapi kalau hanya fokus di situ, konsumsi obatnya bisa makin banyak," kata ahli endokrin dari RS.Gading Pluit Jakarta ini.

Tata laksana diabetes, lanjut Aris, seharusnya bersifat menyeluruh tanpa melupakan penyebab utamanya yakni resistensi insulin.

"Kalau hanya pankreas yang diobati hasilnya memang kadar gula darah turun. Tapi dengan memperbaiki resistensi insulin, dalam jangka panjang peluang kesembuhan juga tinggi," katanya.

Menurut Antony Kiro, herbalis, dalam pengobatan Tiongkok, kerusakan liver akan berpengaruh juga pada organ tubuh lainnya. "Hubungan antar organ sangat kuat. Ikatan antar organ harus seimbang, tidak boleh ada yang lebih kuat atau lemah," katanya.

Ada banyak faktor yang merusak kestabilan organ-organ, antara lain faktor eksternal seperti polusi, dan juga internal seperti makanan yang bersifat meracuni tubuh.

Obat herbal

Obat-obatan untuk diabetes melitus sebenarnya ada juga yang fokus pada resistensi insulin. Meski demikian, Aris mengingatkan pentingnya memperbaiki pola hidup.

"Kecilkan massa lemak perut dengan olahraga rutin dan pola makan yang tepat sehingga obat juga bekerja lebih efektif," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com