Bacon, sosis, daging ham, daging kalengan, dan sebagainya, dianggap memicu kanker pada manusia. Sementara daging merah dikategorikan sebagai "kemungkinan" menyebabkan kanker.
Sebenarnya, apa yang membuat daging olahan menjadi ancaman bagi kesehatan, dibandingkan dengan daging segar? Alasannya adalah pada proses pengolahannya.
Daging olahan didefinisikan oleh WHO sebagai "daging yang sudah mengalami perubahan lewat penggaraman, fermentasi, pengasapan, atau pengawetan", atau cara lainnya untuk meningkatkan rasa atau mengawetkannya sehingga masa simpannya lebih panjang.
Proses transformasi tersebut biasanya dengan menambahkan zat-zat kimia pada daging, atau dalam penyajiannya yang tanpa sengaja menambahkan zat kimia.
Menurut ahli nutrisi Atli Arnarson, zat tambahan itu akan mengubah daging menjadi kandungan tertentu yang terkait dengan kanker, baik saat pembuatan atau pemasakan.
Sebagai contoh, nitrit yang sering ditambahkan dalam daging kemasan seperit hot dog. Zat ini memperlambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya pada daging.
International Agency for Research on Cancer (IARC), lembaga riset kanker di bawah WHO, mengelompokkan nitrat dan nitrit ke dalam "kemungkinan karsinogen pada manusia" karena saat daging yang memiliki kandungan zat itu digoreng atau dibakar di suhu tinggi, bisa berubah menjadi N-nitroso, seperti nitrosamin, yang memang bersifat karsinogen.
Bahkan walau nitrosamin belum terbentuk saat daging digoreng, bisa saja pembentukannya terjadi di dalam lambung.
Zat asam di dalam lambung ternyata cukup untuk mengubah pengawet ini menjadi nitrosamin.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.