Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/11/2015, 12:22 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com – Teh manis dan kudapan menjadi teman akrab sebagian kaum urban bukan hanya untuk memulai hari, tapi juga menemani waktu-waktu mengantuknya di kantor. Tak banyak yang sadar, gaya hidup termasuk kebiasaan seperti itu membawa mereka pada ancaman nyata, yaitu pandemi diabetes.

Berdasarkan data Diabetes Atlas Update 2014 dari Federasi Diabetes Internasional, pengidap diabetes berusia 20-79 di Indonesia berjumlah lebih dari 9,1 juta. Sebanyak hampir 176.000 meninggal karenanya.

Berdasarkan data tersebut, pengidap diabetes di Indonesia, yang merupakan negara dengan kriteria berpenghasilan rendah, berasal dari usia di bawah 60 tahun. Bahkan, prediksi peningkatan signifikan terjadi pada 2035 mendatang penderita diabetes mencapai 14,1 juta dan dua pertiga di antaranya bermukim di perkotaan.

"Saat orang pindah ke kota, gaya hidupnya berubah. Pola hidup kurang sehat menyebabkan diabetes rentan menghampiri kaum urban," kata Susanne Stormer dari Novo Nordisk, perusahaan farmasi yang fokus pada perawatan diabetes, seperti dilansir Kompas.com (4/11/2014).

Penyakit mahal

Menurut Stormer, penyebab diabetes memang ditengarai banyak hal, termasuk genetik. Namun, kebiasaan kaum urban mengabaikan pola hidupnya, seperti hobi menikmati camilan manis dan minuman bersoda, malas bergerak, stres, kurang istirahat, hingga jarang olahraga membuat penyakit ini lebih rentan diidap banyak orang. 

Thinkstock Di perkotaan, tak banyak orang sadar untuk menjaga gaya hidup agar terhindar dari diabetes.

Di perkotaan, tak banyak orang sadar untuk menjaga gaya hidup agar terhindar dari diabetes. Padahal, penyakit ini termasuk kronik dan akan diderita seumur hidup. Bila sudah mengidap, biaya obat akan menjadi beban hidup selamanya.

Penelitian menunjukkan, sekitar 11 persen biaya kesehatan di dunia dihabiskan untuk mengatasi diabetes.

Mengatur gaya hidup baru

Penting bagi siapapun, termasuk yang berusia muda, mengetahui gejala awal diabetes. Beberapa gelaja itu di antaranya berat badan turun tanpa sebab, seringkali buang air kecil, sering haus, penglihatan semakin lemah, mudah lelah dan sering merasa lapar.

Indikasi itu semakin kuat saat seseorang membutuhkan waktu lama untuk sembuh ketika menderita luka. Bila memiliki gejala seperti itu, pemeriksaan lebih lanjut sangat dianjurkan. Komplikasi hingga kegagalan organ tubuh bisa timbul bila kondisi tersebut dibiarkan dan terlanjur memburuk.

Thinkstock Penting bagi siapapun, termasuk yang berusia muda, mengetahui gejala awal diabetes.

Agar terhindar dari gejala tersebut, kaum urban sebaiknya mulai memberlakukan gaya hidup baru. Hindari stres, rutin berolahraga, biasakan konsumsi makanan sehat dan cukup istirahat adalah beberapa caranya.

Cara lain bisa dilakukan adalah memantau kadar gula secara berkala. Dulu, pemeriksaan kadar glukosa memang merepotkan karena harus dilakukan di rumah sakit. Sekarang, semua jadi serba mudah.

Ya, meski uji laboratorium masih disarankan, pemeriksaan kadar gula darah sudah bisa dilakukan secara mandiri dan menjadi gaya hidup baru.

Sebuah tes sederhana melalui alat uji gula darah mandiri seperti One Touch Ultra 2, misalnya, dapat memberikan pengetahuan seberapa sehat kadar gula dalam darah yang diperiksa. Dengan ukuran sebesar ponsel, alat ini mudah dibawa kemanapun dan kapanpun.

Untuk memberikan hasil uji, dibutuhkan sedikit sampel  darah yang diletakkan pada blood strip. Bila hasil tes menunjukkan kadar glukosa kurang dari 100 mg/dl berarti pemilik darah masih dalam kategori normal.

Namun, bila angkanya berada dalam rentang 100 mg/dl hingga 125 mg/dl, orang tersebut masuk kategori pre-diabetes. Hasil tes melebihi 126 mg/dl, menunjukkan kemungkinan seseorang positif menderita diabetes.

Selain informasi kadar gula darah, pemeriksa juga dapat melacak informasi asupan makanan dalam perhitungan rata-rata 7, 14 hingga 30 hari. Dengan hasil uji berkala, siapapun bisa waspada akan risiko diabetes dan penanggulangannya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com