Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelola Diabetes Mandiri Bisa Kontrol Glikemik Lebih Baik

Kompas.com - 05/11/2015, 12:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2030 akan meningkat hingga 21,3 juta masyarakat Indonesia yang hidup dengan diabetes. Ini berarti akan terjadi peningkatan hampir tiga kali lipat. Namun, ini bisa dicegah, jika masyarakat Indonesia mulai menerapkan gaya hidup sehat.

Sayangnya, hingga saat ini sebagian besar pasien diabetes baru berkonsultasi pada dokter ketika kondisinya sudah buruk. Ini disebabkan, karena diabetes sering kali tidak menunjukkan gejala-gejala khusus. Sehingga, banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya mengidap diabetes melitus.

Meski demikian, ada beberapa gejala yang sebenarnya bisa dikenali pada penyandang diabetes, diantaranya:

  1. Mudah haus dan lapar
  2. Sering buang air kecil
  3. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas
  4. Kelelahan dan mengantuk
  5. Mudah terkena infeksi
  6. Luka sulit sembuh
  7. Sering kesemutan di bagian kaki
  8. Sering timbul bisul
  9. Penglihatan kabur
  10. Muncul infeksi jamur atau gatal terutama di sekitar kemaluan


Pengelolaan Diabetes

Terpenting yang perlu diingat adalah, ketika Anda divonis diabetes bukan berarti hidup menjadi penuh batasan dan tak sempurna. “Vonis diabetes bukanlah akhir dari dunia. Diabetes adalah penyakit yang bisa dikelola. Semakin baik penanganan dan pengelolaannya, penyandang diabetes akan tetap dapat hidup layaknya orang sehat lainnya,” ujar dr. Wismandari Wisnu, Sp.PD-KEMD dari divisi Metabolik Endokrin FKUI-RSCM dalam acara 24th Jakarta Diabetes Meeting 2015 di Jakarta (04/11).

Menurut dr. Wismandari, tata laksana diabetes sebagai penyakit kronik masih belum maksimal. Karena itu, penyandang diabetes perlu mendapat Diabetes Self -Management Education (DSME) dan Diabetes Self -Management Support (DSMS).

Tujuannya, untuk mendukung penyandang diabetes mengambil keputusan, berperilaku peduli terhadap diri sendiri, mampu memecahkan masalah, dan berkolaborasi aktif dengan tenaga kesehatan agar perbaikian klinis dapat tercapai.

“Yang penting dilakukan oleh dokter adalah memberikan materi edukasi pada pasien tentang diabetes, keseimbangan nutrisi, aktivitas fisik rutin, terapi farmakologi, dan pemantauan kadar glukosa darah,” jelas dr. Wismandari.

 

Pemantauan gula darah yang terstruktur dapat dilakukan secara mandiri di rumah. Dengan begitu, pasien dapat menyesuaikan makanan, aktivitas fisik, dan dosis obat untuk mencapai kontrol glikemik yang lebih baik, tentunya juga dalam pantauan dokter.

“Misalnya, hasil cek gula darah mandiri dengan glukosameter menunjukkan level di bawah normal. Pasien harus tahu kalau ini hipoglikemia, sehingga ia bisa langsung konsumsi makanan manis untuk meningkatkan gula darahnya ke level normal. Begitupun dengan konsumsi obatnya. Dengan cara ini, diabetes bisa dikelola dengan tepat,” ungkap dr. Wismandari.

Hasil penelitian UK Prospective Diabetes Study menunjukkan bahwa, setiap penurunan 1% HBA1c mampu menurunkan risiko kematian karena diabetes hingga 21%. “HBA1c adalah gambaran rata-rata kadar gula darah dalam 3 bulan. Karena itu, sangat penting memantau kadar gula darah secara rutin bagi penyandang diabetes,” jelas dr. Budiman Darmowidjojo, Sp.PD-KEMD, ketua Jakarta Diabetes Meeting 2015.

Dr Wismandari menambahkan bahwa, pemantauan glukosa darah mandiri adalah salah satu komponen penting terapi modern diabetes melitus.

“Ini sangat direkomendasikan pada setiap pasien diabetes agar tercapai kontrol kadar glukosa dalam darah dan mencegah kadar glukosa dalam darah terlalu rendah ataupun terlalu tinggi,” jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com