Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/12/2015, 16:40 WIB
Menjelang pukul 13.00, Senin (14/12), di kantin belakang Agrimart di Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor. Berbagai macam masakan yang disajikan di meja prasmanan begitu menggoda dan membuat perut lapar bergejolak.

Para mahasiswa terlihat lahap menyantap makan siang sebelum mengikuti mata kuliah selanjutnya. Ada yang asyik dengan menu nasi, ayam goreng, dan es teh manis. Ada yang melahap gado-gado, karedok, lontong sayur, sate, dan mi. Ada pula yang membawa nasi sendiri sehingga hanya membeli oseng kangkung serta tahu dan tempe bacem.

Tak tampak kesan cemas di wajah mereka. Mereka makan dengan lahap diselingi canda dan obrolan. Maraknya berita virus hepatitis A yang menulari lebih dari 30 mahasiswa IPB seperti tak merisaukan mereka.

"Karena tidak memasak sendiri, ya, jajan. Yang terjangkau, ya, di kantin kampus atau di warung di luar (kampus)," kata Sejahtera, mahasiswa Fakultas MIPA.

Bagaimana kebersihan dan keamanan makanan di tempat-tempat itu? Sejahtera dan sejumlah temannya tak ada yang berani memastikan. Jawaban mereka nyaris sama, kebersihan makanan baru terjamin jika dibuat sendiri.

Akbar Tanjung, mahasiswa lain Fakultas MIPA yang sempat dirawat di Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi, Bogor, karena terjangkit hepatitis A, menyatakan, memang sulit mendapatkan makanan yang terjamin bersih, aman, dan sehat saat jajan.

Bertambah

Berdasarkan pendataan IPB sampai Senin, 33 mahasiswa terkena hepatitis A. Pada pemeriksaan kesehatan massal, Jumat pekan lalu, dari 162 mahasiswa yang diperiksa, 11 orang diminta periksa darah dan hasilnya 5 mahasiswa positif terkena hepatitis A sehingga perlu dirawat di rumah sakit.

Keesokan harinya, pemeriksaan massal kembali digelar dan diikuti 405 mahasiswa. Menurut Direktur Kemahasiswaan IPB Sugeng Santoso, Senin lalu, 34 mahasiswa diminta periksa darah, tetapi belum diketahui berapa yang positif hepatitis A.

Dari pendataan itu, mayoritas yang terkena hepatitis A ialah mahasiswa yang tinggal di luar kampus, seperti di pemondokan, kontrakan, atau rumah kos.

Memprihatinkan

Kampus Dramaga di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, adalah satu dari dua kawasan kampus yang dimiliki IPB. Satu lagi berada di Kota Bogor. Menurut Sugeng, dari total sekitar 26.000 mahasiswa IPB, sekitar 20.000 mahasiswa kuliah di Dramaga.

Salah satu desa terdekat dengan Kampus Dramaga ialah Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Kepala Desa Babakan Syaehu Syam menyebutkan, di desanya ada 500 rumah kos yang mayoritas dihuni mahasiswa IPB. Di Babakan ada setidaknya 150 tempat usaha makanan dengan 75 tempat dibina sendiri oleh IPB.

Kebanyakan rumah kos mahasiswa di Babakan dalam kondisi memprihatinkan. Kamar-kamar sempit. Satu bangunan dan bangunan lain hanya dipisahkan gang sempit selebar sekitar 1 meter.

Banyak rumah yang jarak antara septic tank dan sumur hanya sekitar 5 meter, kurang dari syarat jarak minimal 10 meter. Camat Dramaga Baihaki mengatakan, sebagian besar pemondokan di Babakan memang memiliki septic tank di dekat sumur. Seharusnya, kata Baihaki, para pemilik pemondokan membuat septic tank komunal dan memakai layanan jaringan PDAM.

Di sekitar pemondokan ini banyak terdapat warung makan, gerai fotokopi, dan kedai internet yang terlihat kurang bersih dan teratur.

Kepala UPT Dramaga Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Fitriani Tjiptoputranti mengatakan, kondisi seperti itu bisa memicu munculnya berbagai penyakit, termasuk hepatitis A.

Menurut ahli gastroenterologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Ari Fahrial Syam, berdasarkan pengalaman selama ini, kasus hepatitis A banyak terjadi di akhir kemarau memasuki musim hujan. Itu terutama terjadi jika higienitas pangan dan kesehatan lingkungan buruk.

Selain itu, kemungkinan kejadian pada populasi yang tinggal di tempat sama, seperti asrama, lebih besar dibandingkan di tempat kerja.

Ari menambahkan, hepatitis A adalah infeksi organ hati yang disebabkan virus hepatitis A. Virus hepatitis A terdapat pada feses pasien yang terinfeksi. Makanan dan minuman menjadi media utama penyebab penularan virus ini, selain kontak langsung.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan M Subuh, Minggu, menyampaikan, yang perlu dilakukan setelah kejadian luar biasa hepatitis A di IPB adalah memperbaiki higienitas pangan dan lingkungan.

"Hal terpenting sekarang, memperbaiki higienitas pangan dan lingkungan, seperti akses air bersih pada asrama dan tempat pengolah makanan. Di samping itu, perilaku hidup bersih dan sehat dengan selalu mencuci tangan memakai sabun pada air mengalir juga perlu dilakukan," ucapnya.

Wakil Rektor IPB Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Yonni Kusmaryono mengatakan, semua kantin telah diminta untuk meningkatkan kebersihan lingkungan, terutama memastikan makanan yang dijual terjamin bersih, aman, dan sehat.

Kalangan pengelola kantin juga membenarkan, sejak merebak pemberitaan mahasiswa terkena hepatitis A, mereka diminta lebih memperhatikan kebersihan.

"Supaya mahasiswa enggak terlalu ketakutan, kami tingkatkan kebersihan," kata Nur Alfiah, pengelola Kantin Sehat & Murah, yang bersubsidi mahasiswa. (AMBROSIUS HARTO/ADHITYA RAMADHAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com