Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 16/01/2016, 17:00 WIB
EditorLusia Kus Anna
KOMPAS.com - Kematian David Bowie di usia 69 tahun akibat kanker menimbulkan pertanyaan apakah kebiasaannya merokok sejak lama itu menjadi penyebabnya.

Pada tahun 1970-an, Bowie merupakan penggemar rokok Gitanes, merek Perancis. Ia kemudian berpindah ke Marlboro Light sebelum akhirnya berhenti merokok di tahun 2002.

Rokok yang lebih ringan seperti rokok putih berlabel "light" memang kerap menjadi pilihan bagi para perokok berat untuk mengurangi kecanduan rokok. Rokok ini juga dianggap lebih tidak berbahaya bagi kesehatan.

Dalam sebuah survei yang dilakukan tim dari Universitas Pittsburgh tahun 2009 terungkap, 51 persen perokok yang mengganti rokoknya menjadi rokok "light" meyakini rokok ini tidak terlalu berdampak buruk.

Sayangnya faktanya tidak demikian. Rokok kretek dan rokok filter pun sama berbahayanya.

Penelitian tahun 2004 juta telah menyimpulkan bahwa risiko kanker paru tetap sama pada perokok biasa atau rokok putih. Rokok yang light juga mengganggu fungsi pembuluh darah jantung seperti halnya rokok biasa.

Perusahaan rokok memasarkan produk rokok sebagai "light" atau "ultralight" karena kandungan nikotinnya lebih sedikit saat diukur oleh mesin yang menyerupai proses merokok. Alasan inilah yang dipakai para perokok untuk mengklaim rokok tersebut lebih aman.

Tetapi mesin merokok itu tidak secara akurat mengetahui seberapa bahaya zat kimia dalam rokok yang terhirup. Ini karena proses menghisap rokok yang dilakukan manusia berbeda dengan mesin.

Lebih dari itu, label "light" atau "ultralight" juga membuat perokok menghisap rokoknya lebih dalam dan lebih lama untuk menjaga tingkat kenyamanan nikotin dalam darah. Pada akhirnya perokok justru menghisap toksin lebih banyak.

Fakta-fakta itulah yang membuat produsen rokok berhenti memberi label "light" atau "ultralight". Ketentuan ini juga menjadi bagian dari Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act tahun 2009.

Bahaya

Merokok dan penyakit kanker paru adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Bagaimana pun ada 6000 zat kimia dan 50 karsinogen dalam rokok yang tentu berpengaruh pada tubuh jika kita hirup, bukan cuma pada saluran pernapasan.

Zat-zat karsinogen ini akan diserap pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh. Zat itu juga masuk ke liver dan pankreas, yang dapat memicu kanker, dan juga ke sumsum tulang belakang yang akan menyebabkan leukemia dan kanker lainnya.

Berhenti merokok memang tak mudah, tapi ini adalah cara terbaik melindungi tubuh. Menurut studi, 10 tahun setelah berhenti merokok risiko meninggal akibat kanker paru turun separuhnya dibanding orang yang masih merokok.


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber Menshealth
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+