Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Jantung di Lantai Atas Gedung Tinggi Tingkatkan Risiko Kematian

Kompas.com - 21/01/2016, 16:07 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Orang yang terkena serangan jantung di lantai atas atau di lantai tengah gedung bertingkat, baik perkantoran ataupun apartemen, disinyalir risiko kematiannya lebih tinggi dibanding mereka yang terkena serangan jantung di lantai bawah, demikian hasil temuan penelitian di Kanada.

Studi selama lima tahun menemukan, ada 4,2 persen pasien  di Toronto yang selamat yang mengalami serangan jantung di  bawah lantai tiga. Sedangkan hanya 2,6 persen pasien yang selamat saat mengalami serangan jantung di lantai tiga ke atas. 

Hanya kurang dari satu persen  pasien selamat, ketika mendapat serangan jantung di lantai 16 ke atas. Ironisnya, tidak ada pasien selamat yang mendapat serangan jantung di lantai 25 ke atas.

Untuk menjaga kelangsungan hidup orang yang mengalami serangan jantung di bangunan bertingkat tinggi, peneliti harus mengantisipasi segala kemungkinan penundaan untuk petugas penyelamat pertama, kata Ian Drennan, penulis studi, paramedis senior, dan kandidat Ph.D. di University of Toronto.

"Jika pasien  memberitahu seseorang di resepsionis, petugas keamanan atau siapa pun yang ada  di sana untuk menolong, dan petugas medis darurat datang, kami harus memastikan bahwa pintu sudah terbuka, lift sedang menunggu membawa bantuan ke atas, demi meningkatkan kelangsungan hidup pasien," kata Drennan.

 

Semakin tinggi, semakin berisiko?

Setelah jantung pasien berhenti berdetak, kesempatan untuk bertahan hidup turun sebesar tujuh sampai 10 persen untuk setiap menit yang berlalu sebelum penggunaan defibrilasi (alat pengejut  jantung).

Penelitian sebelumnya menemukan, bahwa waktu yang lebih lama untuk menunggu petugas penyelamat datang, dikaitkan dengan menurunnya tingkat harapan hidup pasien yang mendapat serangan jantung, kata penulis studi.

Penelitian juga menemukan, bahwa untuk mencapai lantai-lantai atas di gedung-gedung bertingkat tinggi, petugas penyelamat memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai pasien.

"Kami menemukan bahwa ketika petugas darurat medis dipanggil untuk keadaan darurat, ada penundaan besar dalam mencapai pasien, terutama dari waktu petugas medis meninggalkan ambulans mencari pasien," kata Dr Robert A. Silverman, yang merupakan penulis pertama studi yang hampir mirip di New York tahun 2007. Ia juga merupakan profesor kedokteran di Hofstra Northwell School of Medicine di Hempstead, New York.

"Penundaan terbesar ditemukan dalam bangunan tempat tinggal berbentuk gedung tinggi dengan beberapa blok," kata Silverman.

" Faktor hambatan mencapai pasien di antaranya adalah kompleksitas tata letak bangunan, pintu lobi yang terkunci, lift yang lambat, dan kurangnya pendamping yang bisa memfasilitasi gerakan ke lokasi pasien," kata  Silverman lagi.

Tapi bagaimana hal itu memengaruhi kelangsungan hidup pasien, baru diketahui sekarang, setelah penelitian dari Kanada, kata  kata Drennan.

Drennan dan rekan-rekannya menganalisa data dari database medis serangan jantung yang terjadi di tempat tinggal-tempat tinggal pribadi di Toronto dan daerah sekitarnya antara 2007 dan 2012.

Para peneliti juga mengukur "waktu respon vertikal" dan menemukan bahwa petugas darurat medis  membutuhkan rata-rata tiga menit untuk mencapai pasien di bawah lantai tiga. Sedangkan untuk mencapai pasien di lantai tiga ke atas, membutuhkan waktu rata-rata lima menit.

 

Rekomendasi

Orang umum dapat membantu menolong pasien serangan jantung dengan mendapatkan pelatihan cardiopulmonary resuscitation (CPR) dan memastikan alat kejut jantung mandiri atau automated external defibrillators (AEDs) tersedia di lokasi yang dapat dijangkau, kata  Drennan.

Kecepatan waktu sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup pasien. Studi ini telah dipulikasikan 18 Januari lalu oleh  Canadian Medical Association Journal.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com