Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gemar Mencokelatkan Kulit Tingkatkan Risiko Kanker Kulit

Kompas.com - 28/01/2016, 18:07 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

KOMPAS.com - Perempuan yang mencokelatkan kulit memakai tanning bed ternyata enam kali lipat berisiko terkena melanoma. Sebuah penelitian menemukan pencokelatan kulit itu meningkatkan kasus kanker kulit di kalangan wanita muda di AS.

Penemuan itu mengindikasikan, epidemi melanoma yang terus berlanjut di kalangan wanita muda. Epidemi itu bisa dihentikan jika paparan pencokelatan kulit itu dikurangi atau dibatasi. Demikian menurut peneliti dari University of Minnesota pada jurnal JAMA Dermatology.

Sejumlah negara bagian di AS sudah melarang teknik pencokelatan kulit untuk mereka berusia di bawah 18 tahun. Upaya seperti ini, menurut peneliti harus dipercepat dan diperluas.

Dalam studi tersebut, periset menganalisa informasi 681 orang berusia 25-49 yang didiagnosa melanoma di Minnesota antara 2004-2007.

Mereka membandingkan kelompok ini dengan 654 orang sehat yang tak mengalami melanoma tetapi ada di usia sama dan tinggal di Minnesota.

Peneliti menemukan bahwa wanita yang pernah mencokelatkan kulit 2,3 kali cenderung didiagnosa melanoma pada usia 40-an, enam kali lebih cenderung didiagnosa melanoma pada usia 20-an bila dibandingkan dengan wanita di kelompok usia sama yang belum pernah mencokelatkan kulit.

Dari 63 wanita yang didiagnosa melanoma sebelum usia 30, hanya dua orang yang belum pernah mencokelatkan kulit.

Secara rata-rata wanita yang didiagnosa melanoma di usia 20-an mulai mencokelatkan kulit pada usia 16 dan sudah menjalani 110 sesi pencokelatan kulit seumur hidupnya.

Sebaliknya, wanita yang didiagnosa melanoma pada usia 40-an melaporkan mulai mencokelatkan kulit di usia 24 dan menjalaninya sebanyak 50 kali seumur hidupnya.

"Wanita usia 20-an kelihatannya berisiko paling tinggi terkena melanoma gara-gara pencokelatan kulit dalam ruangan. Karena mereka memulainya di usia muda dan menjalani sesi yang sangat banyak dibandingkan dengan usia mereka," kata peneliti.

"Melihat proporsi besar wanita muda masa kini yang mulai mencokelatkan kulit sejak remaja, hasilnya cukup memprihatinkan berhubung risiko terkena melanoma di masa depan bakal sangat tinggi," ujar mereka.

Periset tidak menemukan hubungan yang sama antara teknik pencokelatan kulit dan peningkatan risiko melanoma di kalangan pria muda, berhubung hanya ada sedikit pria dalam kelompok usia tersebut yang memperlihatkan hubungan. Pria umumnya cenderung tidak menjalani sesi pencokelatan kulit dibandingkan wanita.

Penemuan ini juga sebagian menjelaskan peningkatan melanoma di kalangan wanita muda yang meningkat pesat dibandingkan pria.

Angka kejadian kanker ini di kalangan wanita di bawah 50 tahun di AS meningkat dari 8,3 kasus per 100 ribu wanita pada 1995 menjadi 11 kasus per 100 ribu kasus di 2006, menurut National Cancer Institute.

Di periode sama, kejadian melanoma di kalangan pria hanya meningkat sedikit dari 7,6 kasus per 100 ribu pria menjadi 8 kasus per 100 ribu pria.

"Pencokelatan kulit di dalam ruangan tampaknya merupakan faktor peningkat pesat kejadian melanoma di AS di kalangan wanita muda dibandingkan pria," tambah peneliti.

"Hasil studi menunjukkan pentingnya upaya penyuluhan kesehatan masyarakat dalam mengurangi penggunaan teknik pencokelatan kulit," kata Gery Guy Jr dari Center for Disease Control and Prevention yang bersama penulis lain menulis editorial yang menyertai studi ini.

"Radiasi ultraviolet memang dapat meningkatkan risiko melanoma. Namun paparan radiasi ultraviolet buatan dari teknik pencokelatan kulit dalam ruangan sebenarnya dapat dihindari sama sekali," katanya.

Kendati pembatasan usia untuk pencokelatan kulit dapat efektif mengurangi kejadian di kalangan remaja, kebijakan ini tetap banyak bolongnya. Misalnya, dalam sebuah studi menemukan separuh dari 125 college terkemuka di AS menyediakan fasilitas pencokelat kulit. Hal ini pasti mendorong anak muda menggunakannya.

Untuk menyampaikan peningkatan kasus melanoma di kalangan wanita muda, kampus perlu mengadopsi kebijakan yang tak mendorong mahasiswa mencokelatkan kulit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com