Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/01/2016, 17:53 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Reserse Kriminal Polri mengungkap kasus perdagangan organ ginjal ilegal di tiga rumah sakit. Sampai saat ini masih diselidiki dokter yang diduga terlibat dalam praktik penjualan ginjal.

Menanggapi hal itu, pelaksana tugas Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Chairul Radjab Nasution menilai kasus ini tidak melibatkan oknum dokter yang menangani operasi transplantasi ginjal.

"Kalau menurut saya kasus ini tidak ada kerja sama dengan dokter. Apa untungnya buat dia (dokter)? Ini rumah sakit dibohongi pelaku," ujar Chairul saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (30/1/2016).

Chaitul menegaskan, jual beli organ dilarang seperti diatur dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jika ada yang melanggar, pelaku berurusan dengan hukuman pidana.

Menurutnya, prosedur transplantasi ginjal di rumah sakit sangat ketat untuk mencegah terjadinya jual beli organ. Ada tim advokasi yang akan menyelidiki asal usul pendonor ginjal.

"Donor bisa didapat dari keluarga, sahabat, artinya yang punya hubungan dekat dan yang memang mau dengan tulus memberikan," terang Chairul.

Menurut Chairul, Kementerian Kesehatan juga selalu melakukan pengawasan berlapis terhadap rumah sakit yang bisa menangani transplantasi ginjal. Sebelumnya, polisi menangkap tiga pelaku jual beli ginjal.

Ketiga pelaku, yaitu Yana Priatna alias Amang, Dedi Supriadi alias Oman Rahman, dan Kwok Herry Susanto alias Herry merupakan orang yang mencari pendonor ginjal untuk dijual. Pelaku mengaku mengiming-imingi uang sekitar Rp 70 juta-Rp 90 juta untuk tiap pendonor. Sasarannya ialah masyarakat dengan ekonomi rendah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com