Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/02/2016, 22:10 WIB
Anne Anggraeni Fathana

Penulis

KOMPAS.com – Di film The Amazing Spiderman 2, Jamie Foxx memerankan salah satu musuh terbesar Spiderman; Electro. Tokoh jahat ini diceritakan selamat dari kecelakaan kerja setelah disengat sekelompok belut listrik. Bahkan, sengatan itu membuat dia memiliki kemampuan istimewa menyerap arus listrik ke dalam tubuhnya untuk kemudian dijadikan senjata.

Sayangnya, pengalaman Electro tak berlaku di dunia nyata. Ketika tersengat listrik, manusia pada umumnya tidak lantas punya kekuatan super, tapi malah mengalami gangguan kesehatan bahkan bisa meninggal dunia.

Memang, banyak orang pernah terkena setrum, tetapi sedikit yang sadar akan sebab dan risiko yang dihadapinya. Terlebih lagi, setiap besaran muatan listrik—istilah teknisnya, arus listrik—membawa efek berbeda-beda.

Tersengat arus listrik 0 miliampere (mA) sampai 10 mA, misalnya, tubuh akan mengalami kesemutan atau kejutan. Level ini bisa disebut ringan dan tidak berbahaya. Jika tersetrum listrik bermuatan besaran itu, timbul refleks untuk segera menghindari sumber sengatan.

Lalu, pada sengatan arus 30 mA, seseorang dapat merasakan sakit dan rasa kejut lebih tinggi. Bukan hanya itu, orang akan mengalami gangguan pada sistem pernapasan dan bahkan kehilangan kontrol atas ototnya.

Lebih dari itu, ada risiko pingsan, kontraksi jantung, hingga berhentinya denyut jantung karena tersetrum listrik bermuatan 50 mA sampai 1 ampere. Mulai dari level ini adalah tingkatan risiko paling parah karena dapat merenggut nyawa manusia.

Antisipasi penyebabnya

Bahaya tersetrum dapat dihindari dengan mewaspadai kebocoran arus listrik. Misalnya, menjaga keamanan listrik dengan memasang miniature circuit breaker (MCB) plus earth leakage circuit breaker (ELCB) di rumah.

MCB berfungsi mencegah imbas hubungan pendek arus listrik (korsleting), sedangkan ELCB melindungi manusia ketika ada kebocoran arus. Kedua alat itu dibedakan dari fungsinya, sekalipun sama-sama memutus arus listrik saat terjadi gangguan.

“Secara otomatis ELCB akan memutus (aliran) listrik apabila arus bocor mencapai 30 mA, sehingga tidak sampai menyebabkan kehilangan nyawa,” kata Riyanto Mashan, Country President PT Schneider Electric Indonesia, pada Kompas.com, Rabu (2/12/2015). Adapun MCB memutus aliran listrik ketika terjadi lonjakan arus akibat korsleting.

Pemasangan kedua perangkat listrik itu sangat dianjurkan, terutama pada ruangan lembab di rumah. Jika arus listrik yang bocor sampai menyentuh air maka risiko kita tersetrum pun akan lebih besar.

“ELCB memastikan listrik padam sebelum terjadi kontak langsung dengan manusia ketika terjadi kebocoran arus atau bahaya lainnya,” imbuh Riyanto. Informasi lanjut soal MCB dan ELCB ini bisa dilihat di sini.

Kebocoran arus listrik juga dapat dicegah dengan memastikan perangkat listrik sudah benar pemasangannya. Pemeriksaan secara berkala pun sebaiknya dilakukan untuk mencegah kerusakan.

“Umumnya, instalasi yang banyak bermasalah itu diakibatkan pemakaian kabel di bawah standar kuat hantar arus (KHA) atau tidak memenuhi persyaratan standar nasional sehingga menyebabkan korsleting,” ujar Riyanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com