Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/02/2016, 09:03 WIB
Ayunda Pininta

Penulis

KOMPAS.com - Kini banyak orang yang mulai bersahabat dengan lemak, setelah sebelumnya menganggapnya sebagai nutrisi jahat. Minyak kelapa mulai memenuhi rak-rak di pertokoan dan konsumsi daging saat diet pun meningkat.

Namun, yang masih menjadi pertanyaan banyak orang, benarkah lemak pada mentega maupun daging sapi sehat? Agar tak ada salah persepsi lagi mengenai lemak, berikut mitos seputar lemak yang perlu disingkirkan.


Mitos: Makan Lemak Membuat Anda Gemuk.

Fakta: Lemak mampu membuat Anda kenyang lebih cepat, sehingga makan lebih sedikit.

"Memang benar bahwa lemak memiliki lebih banyak kalori per gram dibandingkan karbohidrat dan protein, tetapi memakan lemak merupakan bagian dari hidup sehat juga. Lemak dalam konsumsi diet seimbang tidak akan membuat Anda gemuk," kata Michelle Babb, MS, RD, penulis Anti-Inflammatory Eating Made Easy.

Lemak lebih lambat dicerna ketimbang karbohidrat dan merangsang pelepasan hormon kenyang, yang dapat menjaga Anda dari makan berlebihan.

Bahkan, dalam satu studi, peserta diet yang mengonsumsi lemak, turun 2 kilogram dalam 18 bulan, sedangkan kelompok yang melakukan diet rendah lemak hanya menurunkan berat 1,5 kilogram.

Terlebih lagi, lemak memainkan peran positif dalam tubuh, mulai dari produksi hormon untuk fungsi otak yang optimal serta membantu penyerapan nutrisi.


Mitos: Lemak jenuh menyumbat pembuluh darah arteri dan penyebab serangan jantung.
Fakta: Penelitian tak membenarkan pendapat bahwa makan mentega dan daging merah mengarah ke serangan jantung.

Selama beberapa dekade kita telah “didoktrin” bahwa lemak jenuh dalam mentega, keju, dan daging merah dapat menyumbat arteri dan menyebabkan serangan jantung.

Namun, sebuah studi dalam jurnal Annals of Internal Medicine tak menemukan adanya hubungan langsung antara memakan lemak jenuh dengan meningkatnya risiko serangan jantung.

Satu studi bahkan menemukan, bahwa tingkat yang lebih tinggi dari lemak jenuh dikaitkan dengan rendahnya risiko penyakit jantung. Namun bukan berarti lemak jenuh adalah makanan yang sehat, hanya saja bukan sebuah dosa. Intinya, makan bervariasi adalah kunci kesehatan.


Mitos: Mentega adalah makanan jahat.
Fakta: Sedikit mentega pada makanan tidaklah buruk.

Sebuah penelitian terbaru di American Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa asupan mentega yang cukup dapat menjadi bagian penting dari diet yang sehat.

Tapi, ini bukan berarti bebas mengolesi kudapan harian Anda dengan mentega, mengonsumsi banyak roti, dan sebagai saus pada sayuran agar terasa nikmat. "Jangan berlebihan," Babb memperingatkan.


Mitos: Telur meningkatkaan kolesterol darah.

Fakta: Kolesterol dalam makanan tak berdampak langsung pada peningkatan kolesterol dalam darah.

U.S. Dietary Guidelines Advice Committee baru-baru ini membatalkan rekomendasinya untuk membatasi makanan dengan tinggi kolesterol.

Pasalnya, kolesterol darah dihasilkan oleh hati, sehingga apa yang Anda makan memiliki dampak kecil pada tingkat kolesterol dalam darah. Jadi melewatkan telur untuk sarapan adalah kesalahan besar.

"Telur merupakan kelompok protein sumber kaolin terbaik, suatu neurotransmitter yang terkait dengan memori dan fungsi kognitif," tambah Babb.

Mitos: Daging merah tidak boleh menjadi bagian dari diet sehat.
Fakta: Daging olahan memang sangat tidak dianjurkan, namun tak demikian dengan daging segar.

Para peneliti di Warsaw University menemukan, bahwa pria yang makan lebih banyak daging yang diproses, seperti sosis dua kali lebih mungkin untuk meninggal karena gagal jantung ketimbang mereka yang makan sedikit daging olahan.

Namun, mereka yang makan lebih banyak daging segar tidak menunjukkan peningkatan risiko penyakit jantung.

Mitos: Minyak zaitun adalah sumber lemak paling sehat.
Fakta: Kita membutuhkan berbagai macam lemak dalam makanan kita untuk sehat.

Minyak zaitun merupakan lemak tak jenuh tunggal dengan manfaat kesehatan yang berlimpah, tetapi membatasi diri dengan hanya memakan satu jenis lemak sama seperti hanya memakan satu jenis sayuran.

"Mengonsumsi berbagai makanan yang mengandung lemak seperti minyak, kacang-kacangan, biji-bijian, alpukat, dan salmon menyediakan banyak kesempatan untuk mendapatkan manfaat asam lemak esensial dan pitosterol yaitu melindungi tubuh terhadap penyakit," kata Babb.

Hanya saja, pastikan untuk menghindari lemak trans buatan yang sering muncul dengan nama minyak terhidrogenasi pada label margarin, kue-kue yang dikemas, dan krim kopi karena mereka dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com