Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/02/2016, 11:15 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pakar saraf, dr Roslan Yusni Hasan, SpBS, mengungkapkan, lesbian, gay, biseksual, dan transjender (LGBT) bukan suatu kelainan atau penyakit. Dengan begitu, menurut dokter yang akrab disapa Ryu itu, tidak ada yang perlu disembuhkan atau diobati dari seorang LGBT.

"LGBT bukan penyakit. Dulu kita melihatnya sebagai kelainan, sekarang variasi kehidupan saja. Dalam biologi, enggak ada yang enggak normal. Semua hanya variasi," kata Ryu di Kantor LBH, Jakarta, Selasa (9/2/2016).

Ryu menjelaskan, bakat seseorang menjadi lesbian, gay, biseksual, ataupun transjender sebenarnya sudah terbentuk sejak ia menjadi janin di dalam kandungan.

Terbentuknya jenis kelamin, jender, dan orientasi seksual merupakan proses yang terpisah, meski saling berkaitan. Hal ini menyebabkan ada orang dengan jenis kelamin laki-laki, tetapi jendernya belum tentu maskulin, dan orientasi seksualnya belum tentu ke perempuan.

Ryu juga mengungkapkan, seseorang yang berkromosom XX belum tentu berjenis kelamin perempuan, demikian halnya kromosom XY yang belum tentu berjenis kelamin laki-laki. Fakta biologisnya, menurut Ryu, terjadi banyak variasi genetik, baik kromosom hilang maupun berlebihan.

LGBT pun memiliki variasi struktur otak yang berbeda-beda dan sulit untuk diubah.

Jika LGBT disebut sebagai variasi kehidupan, mengapa jumlahnya lebih sedikit? Ryu mengatakan, hal itu terjadi karena seseorang yang homoseksual tidak bisa menurunkan sifatnya, berbeda dengan mereka yang heteroseksual dan memiliki keturunan.

Menurut Ryu, semua pada akhirnya kembali pada pilihan hidup masing-masing dan kenyamanan seseorang. "Misalnya, saya suka main drum, ada bakatnya. Saya pilih main drum daripada gitar, boleh-boleh saja, kan?" katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com