Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 17/02/2016, 12:28 WIB
EditorLusia Kus Anna
KOMPAS.com - Berbagai upaya terus dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus Zika yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Saat ini belum ada obat atau vaksin untuk penyakit ini. Salah satu upaya pengendalian zika adalah menggunakan nyamuk yang direkayasa genetik.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendukung penuh percobaan nyamuk tersebut. Meski demikian, aktivis lingkungan memperingatkan risiko dari menghapuskan suatu spesies.

Dalam pernyataannya, WHO mengatakan bahwa pendekatan biologi untuk memberantas nyamuk merupakan upaya pertahanan yang bersifat segera.

Percobaan memakai nyamuk yang sudah direkayasa genetik itu dikembangkan oleh Oxitex, perusahaan Inggris, yang dilakukan di Kepulauan Cayman dan Brasil.

Perusahaan itu mengembangkan teknologi mikroinjeksi pada telur-telur nyamuk. Injeksi itu berisi gen-gen yang menghasilkan protein tertentu  yang mencegah  keturunan nyamuk vektor demam dengue mencapai usia dewasa.

Teknik lain yang dipertimbangkan adalah melepaskan nyamuk jantan yang dimandulkan dengan radiasi dosis rendah. Metode ini sudah dipakai oleh International Atomic Energy Agency untuk mengendalikan serangga yang merusak pertanian.

Opsi ketiga adalah menggunakan bakteri Wolbachia, yang tidak menginfeksi manusia tetapi mencegah telur dari nyamuk betina menetas.

Nyamuk yang membawa wolbachia juga sudah lebih dulu dipakai untuk menurunkan angka kejadian demam berdarah, termasuk di Indonesia. WHO menyebutkan bahwa percobaan berskala besar akan dilakukan.

WHO menyatakan kejadian darurat global terhadap zika, walau bukti kuat antara virus ini dengan cacat lahir belum ada. Keputusan WHO itu didasarkan pada meluasnya kasus zika ke lebih dari 25 negara.  Prioritas penanganan virus zika adalah dengan melindungi ibu hamil dan bayi dengan mengendalikan nyamuk yang menyebarkan virus.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber bbc.co.uk
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+