Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/02/2016, 18:13 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

KOMPAS.com - Sebagai negara yang terletak di daerah tropis, Indonesia termasuk tempat yang paling banyak didiami nyamuk, termasuk jenis pembawa penyakit berbahaya seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, chikungkunya.

"Nyamuk-nyamuk ini sulit dibasmi karena masing-masing punya siklus dan daya bertahan hidup yang berbeda," sebut Dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, KPTI, FACP, FINASIM dari Divisi Tropik dan Penyakit Infeksi FKUI RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

"Menghindari nyamuk tidak bisa dilakukan hanya dengan memakai kelambu saat tidur, karena nyamuk penyebab demam berdarah berkeliaran mencari darah di pagi dan siang hari. Ada nyamuk yang bertelur di air bersih seperti nyamuk demam berdarah. Ada pula nyamuk yang bertelur di air kotor. Oleh karena itu pengontrolan nyamuk perlu langkah komprehensif. Kita tak boleh membiarkan rumah kita dimasuki nyamuk," tegas Dr. Erni.

Selain menjaga kebersihan lingkungan, kita juga perlu menghindari memelihara ikan di akuarium jenis terbuka. Air vas bunga pun perlu diganti setiap hari. Air tidak boleh terlihat tergenang di tempat dispenser air minum.

"Selain itu, kita juga perlu memastikan tidak digigit nyamuk. Pakailah antinyamuk alami seperti sereh dan lavender yang aromanya tidak disukai nyamuk," katanya.

Disebutkan olehnya, sejatinya hanya nyamuk betina pembawa virus yang berbahaya menyebarkan penyakit.

"Nyamuk demam berdarah ini menggigit 10-20 orang untuk mendapatkan cukup darah sebelum bertelur. Hal yang jadi masalah jika satu dari 20 orang itu membawa virus dan belum menunjukkan gejala sakit. Virus di dalam tubuhnya masih berinkubasi," tuturnya.

Nyamuk betina penyebar demam berdarah ini sanggup bertahan hidup hingga 1,5 bulan. "Nyamuk ini dapat bertahan hidup terjebak di dalam koper dan terbawa ke luar negeri. Gara-gara itu, pernah terjadi wabah demam berdarah di Paris," kata Dr. Erni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com