Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/02/2016, 08:25 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kanker dianggap sebagai salah satu penyakit yang menakutkan. Pasalnya, hingga kini kanker belum diketahui penyebabnya dengan jelas. Pengobatan dan perawatan yang menghabiskan biaya sangat besar, sering kali menimbulkan stres pada pasien dan keluarganya.

Menurut Dr Paulus W. Halim, praktisi radiaestesi medik dan pengobatan integratif, sel kanker sebenarnya terdapat pada tubuh setiap orang. Namun, tidak pada semua manusua, sel kanker aktif dan berkembang menjadi penyakit yang menakutkan.

"Gen di dalam tubuh kita bermutasi. Tetapi mutasi itu dapat diatasi bila sistem kekebalan tubuh bekerja dengan benar. Karena, kunci menghadapi kanker adalah imunitas tubuh,” ungkapnya dalam acara Gunnebo Indonesia Adakan Edukasi Penanganan Integratif terhadap Kanker beberapa waktu lalu di WTC, Jakarta.

Dr Paulus mengatakan, ada empat faktor risiko penyakit kanker, diantaranya faktor genetik, faktor lingkungan atau karsinogen, seperti radiasi, cemaran zat kimia, virus, hormon, dan sebagainya. Selain itu faktor gaa hidup, seperti merokok, kelebihan lemak, makanan berpengawet, minuman beralkohol, dan lainnya, serta stres.

Meski begitu, banyak penderita kanker yang tak menyadari dirinya terserang kanker. “Biasanya ada kondisi pra sakit, di mana tubuh merasa kelelahan. Sayangnya ini sering dianggap sepele, dan dikira sebagai tak enak badan biasa,”ujarnya.

Sebenarnya, ada tujuh gejala awal yang harus diperhatikan dan patut dicurigai munculnya kanker pada tubuh:

1. Waktu buang air besar/ air kecil mengalami perubahan atau gangguan.
2. Alat pencernaan terganggu. Ini menyebabkan kesulitan menelan.
3. Suara berubah serak atau batuk tak kunjung sembuh.
4. Tumbuh benjolan (tumor) pada payudara atau bagian tubuh lain.
5. TahI lalat yang berubah sifatnya, tumbuh semakin besar dan terasa gatal.
6. Adanya darah atau lendir yang abormal keluar dari tubuh.
7. Adanya koreng atau luka yang tak kunjung sembuh.

Tidak seperti penyakit lain, kanker tidak terjadi karena penyebab tunggal, karena itu mengatasinya pun tak bisa dengan penanganan tunggal. Dibutuhkan pendekatan integratif yang memahami pasien sebagai manusia secara holistik (menyeluruh), baik medis maupun nonmedis yang melengkapi.

“Dengan pengobatan yang mengintegrasikan upaya medis dengan pengobatan non-medis seperti herbal, pengelolaan emosi, perbaikan pola makan, dan peningkatan aspek spiritual sesuai dengan kondisi pasien, kemungkinan untuk terselamatkan akan lebih besar,” jelas Dr Paulus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com