Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/02/2016, 22:03 WIB
EditorBestari Kumala Dewi

KOMPAS.com - Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang bisa menularkan virus dengue. Nyamuk ini memiliki kebiasaan hidup yang berbeda dengan nyamuk biasa atau nyamuk Culex (nyamuk got).

Dikutip dari Harian Kompas, berdasarkan data yang dihimpun Kompas hingga Minggu (21/2), sejumlah penyakit yang ditularkan vektor nyamuk dan banyak menelan korban jiwa di Indonesia, antara lain demam berdarah dengue (DBD), penyakit kaki gajah (filariasis), chikungunya, japanese encephalitis, dan malaria.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengategorikan filariasis, DBD, dan chikungunya sebagai penyakit tropis yang terabaikan.

"Masih adanya penyakit tersebut di Indonesia, bahkan banyak menelan korban jiwa, menunjukkan penanganan terhadap penyakit tersebut tidak tepat," kata konsultan penyakit tropis dan infeksi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Erni Juwita Nelwan.

Demam berdarah, misalnya, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, sejak ditemukan di Indonesia pada 1968, kematian akibat DBD selalu ada tiap tahun.

Bahkan, Januari 2016, sejumlah provinsi menyatakan kejadian luar biasa (KLB) DBD. Di Jawa Barat terdapat 2.980 kasus dan tertinggi di Kabupaten Bekasi.

Hingga saat ini, salah satu metode yang sering dilakukan untuk memberantas nyamuk aedes aegypti adalah dengan dilakukannya fogging atau pengasapan. Fogging atau pengasapan biasanya akan dilakukan setelah dalam suatu lingkungan didapati seorang pasien demam berdarah dengue (DBD).

Peneliti Perubahan Iklim dan Kesehatan Lingkungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) DR. Budi Haryanto, SKM, MSPH, MSc mengungkapkan, munculnya kasus DBD baru bisa jadi karena fogging yang dilakukan, ternyata tidak efektif membasmi nyamuk.

“Nyamuk Aedes Aegypti aktif pada pukul 08.00-11.00 dan sekitar pukul 14.00-17.00. Pada waktu aktif itulah nyamuk beraksi mengigit manusia. Jadi harusnya fogging sebelum itu, atau di antara waktu aktif dia menggigit. Pas nyamuk istirahat. Kalau diserang pas jamnya aktif dia lagi sehat, larinya kencang,” jelasnya pada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Budi menambahkan, salah satu yang terpenting adalah memastikan dosis insektisida yang digunakan untuk fogging.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+