Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aji Chen Bromokusumo
Budayawan

Anggota DPRD Kota Tangerang Selatan Fraksi PSI dan Anggota Komisi IV DPRD Kota Tangerang Selatan

Minyak Goreng dan Hubungan Khususnya dengan Mi Instan

Kompas.com - 15/03/2016, 20:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Lilin yang kita kenal kebanyakan berasal dari minyak bumi, yang dalam proses fraksinasi dibagi menjadi beberapa tingkatan: avtur, bensin (berbagai octane number), solar/diesel fuel, minyak tanah, aspal dan paraffin wax. Paraffin wax inilah bahan dasar industri lilin terutama di Indonesia.

Lilin untuk rumah tangga (untuk lampu mati), lilin untuk sembahyang (gereja, kelenteng, vihara), bahan dasar utamanya adalah paraffin wax ini.

Sementara stearin juga adalah bahan baku pembuatan lilin. Tapi lilin yang berbahan dasar stearin ini digolongkan sebagai premium candles. Biasanya digunakan sebagai dekorasi rumah untuk membangkitkan suasana tertentu dan juga aromatherapy.

Perbedaan mencolok kedua substansi ini akan terlihat jika dinyalakan. Yang berbahan paraffin wax akan berasap hitam, dan biasanya tidak habis terbakar. Setelah lilin habis, masih ada sisa lelehan lilin yang tersisa.

Sedangkan yang berbahan stearin, hampir tidak ada asap dari sumbunya, dan semua lilin habis terbakar tidak bersisa. Lilin yang ada di rumah anda yang seperti apa?

Kebanyakan di negara-negara maju, banyak rumah tangga membeli lilin untuk keperluan memberikan suasana dalam ruangan, untuk candle light dinner atau membangun suasana dalam kamar tidur, dengan bebauan khusus aromatherapy.

Yang menyebabkan salah kaprah terutama dalam komunikasi kita yang berbahasa Indonesia adalah kedua bahan/substansi ini disebut dengan “wax” yang secara harafiah diterjemahkan menjadi lilin. Padahal struktur kimia keduanya jauh berbeda.

Kembali lagi pada peran stearin dalam industri mi instan. Terutama di Indonesia, peran stearin sungguh besar. Penambahan stearin ke dalam mi dimaksudkan untuk memberikan tekstur kenyal, renyah dan tidak lengket.

Jadi anggapan luas “ditambahi lilin” tidak salah sepenuhnya. Pemahaman yang benar adalah penambahan stearin yang berasal dari kelapa sawit secara prinsip tidaklah membahayakan tubuh kita, sejauh ‘stearin-intake’ itu masih dalam batas-batas wajar dan dapat diterima oleh metabolisme tubuh kita.

Jumlah penambahan stearin ke dalam mi instan berbeda-beda di tiap merek dan produser. Secara umum dapat diterapkan rumus: “makin murah harga mi instan, ya makin banyak stearin yang dicampurkan”.

Mi instan premium, terutama yang import, dari Jepang dan Korea, kebanyakan murni 100% gandum tanpa campuran stearin sama sekali.

Untuk merek-merek lokal dan merek dari Tiongkok, jumlah penambahan stearin itu bervariasi. Indikatornya adalah harga!

Tidaklah mengherankan jika ada reaksi-reaksi negatif penolakan tubuh kita seperti perut kembung, maag kumat, diare, kolesterol dan sebagainya. Bahkan pernah terjadi kasus ekstrim yang berakhir pada kematian karena seseorang  hanya menyantap mi instan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com