Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aji Chen Bromokusumo
Budayawan

Anggota DPRD Kota Tangerang Selatan Fraksi PSI dan Anggota Komisi IV DPRD Kota Tangerang Selatan

Minyak Goreng dan Hubungan Khususnya dengan Mi Instan

Kompas.com - 15/03/2016, 20:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Kandungan kolesterol tinggi, maag dan reaksi lain dari tubuh kita adalah wajar dan normal. Bisa dibayangkan dari mi-nya sendiri sudah mengandung begitu banyak lemak (stearin adalah lemak, walaupun nabati, tapi tetap saja lemak), kemudian digoreng sampai kering dengan minyak sawit juga, bumbu-bumbu penyedap juga menggunakan minyak sawit plus MSG juga.

Nasehat untuk membuang air rebusan pertama, atau tidak menggunakan bumbu bawaan, sebenarnya tidak banyak membantu. Air rebusan berapa kali saja, tetap tidak akan membuang kandungan stearin yang ada dalam mi instan.

Obesitas dan melonjaknya kadar kolesterol bagi para penggemar fanatik mi instan, tidaklah mengherankan. Liver kita yang ditugasi mengolah dan memecah segala jenis ‘fats & oils intake’ dipaksa bekerja ekstra keras dan timbunan lemak dalam tubuh juga akan meningkat seiring berjalannya waktu.

Dalam jangka panjang kerusakan organ tubuh tertentu jelas tak terhindarkan. Pencernaan terganggu sudah merupakan konsekuensi logis.

Goreng Menggoreng

Semuanya makin diperparah dengan kebiasaan umum masyarakat perkotaan. Goreng menggoreng! Gorengan digemari masyarakat luas. Di setiap saat, setiap kesempatan, kapan saja, gorengan ada di sekitar kita, sepanjang hari.

Sarapan hampir pasti ada goreng menggoreng. Entah nasi goreng, mi goreng, kuetiau goreng, tempe goreng, telor goreng, tahu goreng, pisang goreng, ubi goreng, bakwan goreng dan masih banyak lagi.

Bahkan bubur ayam, soto ayam, suiran ayamnya juga pasti digoreng juga. Setelah direbus, biasanya digoreng lagi sebelum disuir-suir.

Di sela-sela waktu sampai makan siang, camilan apapun bisa dipastikan dekat dengan goreng menggoreng. Kerupuk, keripik, kacang, apa saja. Demikian juga setelah makan siang, pisang goreng, ubi goreng, tahu goreng, kembali lagi menemani saat minum teh atau ngopi di sore hari.

Memang sungguh nikmat dan lezat makanan yang digoreng. Menggoreng adalah teknik memasak makanan dengan media pemanas minyak. Panas dihantarkan ke makanan melalui media minyak, yang sekaligus memberikan tekstur renyah, gurih dan sedap.

Mengonsumsi makanan gorengan terus tiap hari sudah merupakan satu masalah, masih ditambah lagi kualitas minyak goreng yang digunakan.

Kebanyakan masyarakat luas, terutama yang berpenghasilan rendah, membeli minyak goreng curah. Minyak goreng curah adalah minyak goreng tanpa merek, tanpa kemasan, bisa dibeli eceran seperempat liter, setengah liter atau tigaperempat liter.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com