Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/03/2016, 14:11 WIB
Ayunda Pininta,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para peneliti dari University of Granada melakukan meta-analisis dari 29 studi sebelumnya, di mana mereka melihat perubahan dalam sel responden yang mengalami depresi selama sebelum dan setelah menjalani pengobatan antidepresan, lalu membandingkannya dengan responden yang sehat.

Secara khusus, peneliti melihat tingkat malondialdehid—yaitu penanda biologis dalam tubuh yang menunjukkan kerusakan sel dan stres oksidatif—dan menemukan hubungan antara depresi dan peningkatan kadar senyawa tersebut. Sementara itu, diketahui pula bagaimana depresi dan stres oksidatif saling berkaitan dan terhubung.

Stres oksidatif sendiri terjadi ketika tubuh berjuang keras untuk membersihkan radikal bebas, yaitu molekul yang dapat mengubah protein, lipid dan DNA dalam tubuh secara negatif dan memicu sejumlah penyakit.

Sebelum pengobatan, orang yang depresi memiliki tingkat malondialdehid yang tinggi, rendahnya tingkat seng antioksidan serta asam urat, yang menjadi tanda stres oksidatif. Tapi setelah pasien menerima pengobatan, malondialdehid mereka turun sangat signifikan.

Dengan kata lain, temuan ini menunjukkan bahwa depresi "harus dianggap sebagai penyakit sistemik," menurut para peneliti. Hal ini bisa menjelaskan hubungan antara depresi dan penyakit lainnya seperti penyakit kardiovaskular. Sehingga depresi bisa menjadi awal segala macam penyakit.

Penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan yang jelas antara kesehatan mental seseorang dan kondisi fisiologis. Depresi sangat mungkin berhubungan dengan peradangan dan menjadi penyakit genetik.

Walau begitu, studi terbaru lain yang diterbitkan dalam jurnal Health Affairs menemukan, dokter sering kali tidak menindaklanjuti pasien depresi layaknya pasien dengan kondisi kesehatan lain seperti diabetes atau asma. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa depresi tak bisa disepelekan.

Studi terbaru ini diharapkan memiliki peran dalam mengubah cara orang memandang penyakit mental. "Otak dan tubuh terhubung," Sagar Parikh, direktur dari University of Michigan Comprehensive Depression Center. "Intinya adalah masalah kesehatan mental memiliki dampak pada kesehatan fisik."

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com