Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Organ Dalam Jadi Prioritas Penanganan Pasien Gawat Darurat

Kompas.com - 15/04/2016, 10:30 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada penanganan yang sedikit berbeda untuk pasien gawat darurat yang mengalami trauma. Para dokter terus berkejaran dengan waktu demi menyelamatkan nyawa seseorang.

Dokter dari Trauma Center Rumah Sakit Siloam TB Simatupang, dr. Roys Pangayoman, SpB, FinaCS mengungkapkan, kasus pasien gawat darurat paling sering adalah kecelakaan lalu lintas.

Dalam menangani kasus trauma, tim dokter harus cepat memutuskan penanganan yang akan dilakukan agar nyawa pasien tertolong, mencegah kerusakan organ lebih parah, dan mencegah kecacatan.

Berbeda dengan penanganan penyakit kronis, pada pasien trauma kondisi gawat darurat tak perlu menunggu hasil diagnosis. "Kalau kita menunggu hasil diagnostik, keburu meninggal nanti. Sudah telat. Pada pasien trauma, diagnosis enggak terlalu penting, harus cepat," ujar nya dalam diskusi "Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Pekerja" di RS Siloam TB Simatupang, Jakarta Selatan, Kamis (14/4/2016).

Pada pasien trauma, cedera yang tampak jelas, misalnya luka terbuka di bagian paha belum tentu bagian paling penting untuk segera ditangani.

Menurut Roys, cedera yang tidak terlihat, yaitu organ bagian dalam biasanya menjadi prioritas yang harus ditangani.

"Misalnya, kakinya luka-luka belum tentu itu yang paling berbahaya bagi pasien, ternyata yang bikin dia meninggal cedera di kepala," kata Roys.

Untuk itu, dokter harus mengecek bagian cedera dari ujung kepala hingga kaki. Dokter harus panaroid pada pasien trauma. "Semua sistem organ harus kita curigai ada masalah. Banyak cedera di bagian perut dan paling sering kena itu limpa. Bisa juga kena di liver," lanjut Roys.

Selain itu, pada penanganan trauma, pasien yang diam tanpa suara biasanya lebih parah kondisinya dibanding pasien yang teriak kesakitan. Untuk menangani pasien trauma kondisi gawat darurat, dilibatkan banyak dokter spesialis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com