Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/04/2016, 21:53 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - “Memahami bagaimana seks memengaruhi otak, dapat meningkatkan intensitas hubungan seksual dan kesehatan Anda,” kata Barry R. Komisaruk, PhD, profesor psikologi dari Rutgers University di Newark, New Jersey.

Penelitian mengenai pengaruh seks terhadap otak bisa dibilang tidak mudah untuk dipelajari. Pasalnya, subjek dalam penelitian ini mungkin harus masturbasi dalam mesin MRI.

Meski begitu, para ilmuwan telah berhasil menyingkap sedikit misteri, berikut beberapa diantaranya.

 


1. Seks seperti obat

Seks membuat kita merasa nyaman. Itu sebabnya kita menginginkannya, menyukainya, dan menghabiskan begitu banyak waktu melakukannya bersama pasangan.

Kesenangan yang kita dapatkan dari seks sebagian besar disebabkan oleh pelepasan dopamin, yaitu suatu neurotransmitter yang mengaktifkan pusat reward otak.

Dopamin juga merupakan salah satu bahan kimia yang bertanggungjawab dalam membuat orang kecanduan obat-obatan terlarang.

"Memakai kokain dan berhubungan seks tidak persis sama, tetapi keduanya melibatkan daerah yang sama serta daerah otak yang berbeda," kata Timothy Fong, MD, profesor psikiatri dari UCLA David Geffen School of Medicine.

Kafein, nikotin, dan cokelat juga menggelitik pusat reward, kata Komisaruk.

 

 

2. Seks sebagai antidepresan

Sebuah studi di tahun 2002 dari University at Albany mengatakan bahwa dari 300 perempuan yang melakukan hubungan seks tanpa kondom memiliki gejala depresi lebih sedikit dibandingkan perempuan yang tidak menggunakan kondom.

Para peneliti berhipotesis, bahwa berbagai senyawa dalam air mani, termasuk estrogen dan prostaglandin, memiliki sifat antidepresan, yang kemudian diserap ke dalam tubuh setelah berhubungan seks. Namun, ini tak berlaku jika ada penggunaan kondom.

Ini adalah berita bagus bagi pasangan yang sudah menikah. Sedangkan, bagi Anda yang belum menikah, ada baiknya untuk tetap menggunakan kondom.

Pasalnya, ada cara lain untuk meningkatkan suasana hati, tapi tidak ada cara lain untuk mencegah penyakit seksual menular.

 

 

3. Seks kadang membuat depresi

Awalnya, saat berhubungan seks mungkin terasa menyenangkan. Tapi setelahnya? Dalam sebuah penelitian, sekitar sepertiga dari wanita yang berpartisipasi dilaporkan mengalami kesedihan usai berhubungan seks. Mungkin diakibatkan adanya penyesalan atau perasaan dipaksa. Hingga saat ini, peneliti tidak dapat menjelaskannya secara pasti.

 

 

4. Seks mengurangi rasa sakit

Jangan melewatkan seks ketika Anda memiliki sakit kepala. Penelitian menunjukkan bahwa melakukan perbuatan bisa meringankan gejala Anda.

Tahun 2013 lalu, sebuah penelitian di Jerman mengungkapkan bahwa 60% dari peserta yang memiliki migrain dan 30% dari penderita cluster sakit kepala yang berhubungan seks selama sakit kepala dilaporkan merasa terbantu secara parsial atau total.

Penelitian lain menemukan bahwa wanita yang dirangsang area G spotnya memiliki peningkatan dalam menahan sakit.

"Butuh stimulus nyeri yang lebih besar bagi mereka untuk merasakan sakit," kata Beverly Whipple, PhD, seorang profesor Emeritus di Rutgers University yang telah melakukan penelitian pada topik ini.

Whipple tidak belajar mengapa ini bisa terjadi, namun para peneliti lain mengaitkan efeknya dengan oksitosin. Hormon yang membantu tumbuhnya ikatan kuat antara ibu dan bayi dan yang juga memiliki sifat menghilangkan nyeri.

 

 

5. Seks dapat menghapus memori

Setiap tahun, sekitar 7 dari 100.000 orang mengalami "amnesia transient global". Yakni, ketika seseorang secara tiba-tiba kehilangan memori sementara waktu, yang tidak dapat dikaitkan dengan kondisi neurologis lainnya.

Kondisi ini dapat disebabkan oleh seks yang kuat, serta stres emosional, rasa sakit, cedera kepala ringan, dan prosedur medis.

Kondisi lupa yang berlangsung beberapa menit atau beberapa jam tidak dapat membentuk kenangan baru atau mengingat peristiwa yang baru terjadi. Untungnya, kondisi ini tidak membawa efek jangka panjang.

 

 

6. Seks meningkatkan memori Anda

Sebuah studi ditahun 2010 menemukan bahwa, dibandingkan dengan tikus yang diizinkan one-night stand, hewan pengerat yang terlibat dalam seks "kronis" (sekali sehari selama 14 hari berturut-turut) lebih banyak menumbuhkan neuron di hippocampus, suatu wilayah otak yang berhubungan dengan ingatan.

Temuan itu didukung oleh penelitian kedua, juga pada tikus. Penelitian ini masih harus dilanjutkan untuk melihat apakah seks teratur juga memiliki efek yang sama pada manusia atau tidak.

 

 

7. Seks menenangkan

Penelitian yang sama juga menemukan, bahwa tikus yang sering berhubungan seks dapat mengurangi stres. Hal yang sama juga berlaku untuk manusia.

Sebuah penelitian menemukan bahwa orang yang baru saja melakukan hubungan seks memiliki tanggapan yang lebih baik untuk situasi stres seperti berbicara di depan umum daripada orang yang tidak, atau yang terlibat dalam jenis aktivitas seksual.

Bagaimana seks mengurangi stres? Dalam hal ini, dengan menurunkan tekanan darah.

 

 

8. Seks membuat Anda mengantuk

Seks lebih mungkin membuat pria mengantuk daripada perempuan. Menurut peneliti, bagian dari otak yang dikenal sebagai prefrontal cortex winds mengalami penurunan setelah ejakulasi, bersamaan dengan melepaskan oksitosin dan serotonin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com