KOMPAS.com - Kini, menghitung kalori makanan tak lagi sulit. Teknologi memungkinkan orang awam menghitung besar kalori yang diasup sehari-hari.
Bagi para pelaku diet, aplikasi penghitung kalori bisa dijadikan solusi. Hanya dengan memasukkan data makanan atau scanning barcode pada kemasan makanan, kalori makanan tersebut dapat diperkirakan.
Tak perlu lagi buku catatan khusus untuk merekam semua makanan yang disantap. Yang paling terasa adalah tak perlu repot mencari tahu jumlah kalori dalam satu menu dari berbagai sumber.
Seperti cerita Dina (28) yang selalu mengutak-atik ponselnya sebelum makan. Ritual ini ia lakukan untuk mengetahui besarnya kalori dalam makanan yang hendak disantap.
“Saya pakai aplikasi MyFitnessPal. Caranya mudah, tinggal arahkan kamera ponsel ke barcode yang ada di kemasan makanan. Muncul deh takaran kalorinya,” ujar Dina yang memang berniat menurunkan berat badannya.
Beragam aplikasi yang ada mempunyai kelebihan dan kekurangan. Yang paling menonjol biasanya seberapa banyak database aplikasi tersebut mengenai makanan.
“Saya memilih MyFitnessPal karena database makanannya sangat lengkap. Bahkan, data kalori dalam satu porsi ketoprak pun ada,” kata Dina.
Sebelumnya, Dina mengaku kerepotan dengan buku catatan kecil dan mencari info tentang kalori dalam satu menu. Ia harus mencari tahu layaknya mahasiswi yang sedang mengerjakan tugas penelitian.
Hasilnya, Dina mengaku turun beberapa kilogram dalam sebulan. Ia memang tak mau terlalu drastis menurunkan bobotnya dalam waktu yang singkat.
Penasaran, Kompas.com pun menjajal selama tiga hari. Aplikasi ini memiliki lebih dari enam juta menu makanan dalam database.
Beberapa makanan khas Indonesia seperti tumis oncom leunca, soto Kudus, ketoprak, babat, dan tongseng ada dalam database. Bahkan untuk menu tongseng ada pilihan dengan santan atau tanpa santan yang pastinya memiliki jumlah kalori berbeda.
Mengapa Kalori?
Mengapa yang dihitung adalah kalori? Bukan karbohidrat atau lemak yang sering dianggap sebagai biang kegemukan?
Disadur dari livescience, kalori adalah satuan untuk energi. Semua jenis makanan mengandung kalori, termasuk lemak pun mengandung kalori.
Jumlah kalori tiap makanan berbeda. Kebanyakan literatur mengatakan kalau lemak memiliki jumlah kalori yang paling tinggi dibanding dengan karbohidrat dan protein.
Jadi, menghitung kalori bisa dibilang jalan tengah. Dengan demikian kita tak perlu menjauhi lemak dan karbohidrat. Bagaimana pun tubuh perlu lemak dan karbohidrat.
Manusia dewasa yang sehat umumnya butuh 2000 kalori perhari. Kecuali dalam keadaan tertentu, bisa lebih atau kurang.
Bagi para pelaku diet yang ingin menurunkan berat badan, pastinya mengkonsumsi kurang dari 2000 kalori perhari. Dalam menakar kalori, diperlukan keahlian membaca jumlah kalori dalam satu menu. Tentu saja didukung dengan catatan asupan kalori harian.
Kegiatan mencatat kalori ini bukan tanpa alasan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kaiser Permanente Care Institute Weight Management mengatakan kalau kegiatan mencatat ini memperbesar keberhasilan seseorang dalam program penurunan berat badan.
Pelaku diet yang mencatat menunya mengalami keberhasilan dua kali lebih besar dibanding yang tidak mencatat.
“Proses memahami apa yang dimakan tiap hari membuat kita sadar apa yang dimakan dan menjadi sebuah kebiasaan yang baik. Tapi sekali lagi tergantung pada orang tersebut, apakah akan menuruti target penurunan berat badan atau tidak,” sebut Keith Bachmann, anggota dari Kaiser Permanente Care Institute Weight Management seperti dikutip dari livescience.
Yang perlu digarisbawahi, apa pun aplikasi yang Anda pilih, semua itu hanya sebagai pencatat dan pengingat. Semangat dan motivasi dari dalam diri tetap jadi kunci keberhasilan sebuah program diet.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.