KOMPAS.com - Nyeri lutut merupakan salah satu keluhan yang banyak dialami orang lanjut usia (lansia). Pada kelompok umur ini, penyebab utamanya adalah osteoartritis atau radang sendi.
Osteortritis (OA), menurut penjelasan dr.Ade Sri Wahyuni, spesialis rehabilitas medik, merupakan kerusakannya sendi kronis yang terjadi pada tulang rawan. Rasa nyeri muncul akibat pertemuan antartulang yang dipicu oleh menipisnya tulang rawan.
"Sebenarnya radang sendi bisa terjadi di semua sendi tubuh, tapi 60 persennya terjadi pada lutut," katanya dalam acara media edukasi bertajuk "Cara Cepat Atasi Nyeri Lutut", yang diadakan oleh Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta (4/5/2016).
Sebenarnya penyakit ini rentan dialami orang berusia di atas 45 tahun, meski begitu orang yang lebih muda juga bisa mengalaminya.
"Ada beberapa kondisi yang mempercepat OA, misalnya kegemukan atau sering beraktivitas yang bertumpu pada lutut seperti olahragawan," kata dr.Ade.
Gejala klinis radang sendi antara lain rasa nyeri bertambah jika melakukan gerakan, sendi menjadi kaku, bengkak, dan di malam hari rasa nyerinya semakin terasa.
Sampai saat ini radang sendi memang belum dapat disembuhkan, meski begitu menurut dr.Ade perburukannya bisa diperlambat. "Penyakit ini ada grade keparahannya dari satu sampai empat. Dengan beberapa cara bisa dihambat agar tidak jadi grade yang lebih tinggi," katanya.
Ia menjelaskan, penanganan OA ditujukan untuk menghilangkan nyerinya sehingga pasien bisa tetap aktif. Selain itu, pasien juga diwajibkan melakukan latihan untuk memperkuat otot-otot di sekitar bagian sendi yang sakit.
Ada beberapa metode penanganan radang sendi, bisa tanpa obat, khususnya pada nyeri yang ringan, misalnya dengan mengistirahatkan sendi, mengompres bagian yang nyeri, hingga latihan fisik dan menggunakan alat bantu.
Sementara itu, penggunaan obat antinyeri dengan obat yang diminum, baik obat antinyeri atau pelumas sendi, ditujukan untuk radang sendi yang sudah lama atau kronik.
"Untuk terapi dengan obat, pasien juga bisa melakukan injeksi, baik obat antinyeri yang dikombinasikan steroid, atau pun antiiflamasi. Kelebihan dari injeksi adalah bersifat lokal hanya titik nyeri," ujarnya.
Suntikan antiinflamasi atau pun memblokir saraf nyeri memang bisa memberikan hasil yang segera. Pasien tidak lagi merasakan nyeri dan bisa beraktivitas lagi. Manfaat lainnya adalah dapat mempertebal tulang rawan yang menipis.
Walau demikian, menurut dr.Ade tidak semua pasien radang sendi boleh melakukan suntikan steorid. "Pada pasien osteoporosis atau yang sudah memakai steorid jangka panjang tidak disarankan. Selain itu, tindakan ini tidak bisa mengatasi perubahan bentuk pada tulang atau menyambung ligamen. Untuk itu diperlukan operasi," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.