Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/05/2016, 16:14 WIB
Sri Noviyanti

Penulis


KOMPAS.com –
Diperkirakan, 90 persen dari total penderita diabetes di dunia adalah penyandang diabetes tipe 2. Bagi kelompok penderita ini, obat dan diet adalah “santapan” untuk menjaga kadar gula darah di level “aman”. Adakah solusi lain?

Merujuk data Federasi Diabetes Internasional (IDF), pada 2014 setidaknya ada 347 juta orang terdiagnosa menderita diabetes. Di Indonesia, terdata 10 juta penduduk Indonesia berusia 20 tahun hingga 79 tahun mengidap penyakit ini pada 2015, dengan 185.000 di antaranya meninggal.

Dari data yang sama, mayoritas penderita diabetes adalah warga perkotaan. Lalu, data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan menambahkan, lonjakan angka penderita terjadi terutama pada diabetes tipe 2.

"Diabetes tipe 2 itu karena gaya hidup, olahraga kurang, dan dietnya,” ujar Kepala Balitbangkes Kemenkes, Tjandra Yoga Aditama di Jakarta, seperti dikutip Kompas.com pada Jumat (14/11/2014).

Melalui data-data tersebut disimpulkan, setengah di antara penderita diabetes tipe 2 telah berusaha menjaga kadar gula darah dengan konsumsi rutin obat-obatan. Namun, komplikasi justru membayangi, mulai dari stroke, penyakit jantung, gagal ginjal, hingga kebutaan.

Cara lain sebenarnya sudah ditemukan sejak puluhan tahun lalu saat para ilmuwan dan dokter “tidak sengaja” mendapati manfaat dari operasi bypass lambung—salah satu metode operasi bariatrik—untuk mengurangi berat badan pada penderita diabetes tipe 2.

Setelah terus dieksplorasi, pada 2008—saat pertemuan European Association for The Study of Diabetes ke-44—resmi diumumkan bahwa obesitas pada pengidap diabetes tipe 2 efektif disembuhkan melalui operasi bypass lambung.

Catatan yang sama juga dikemukakan oleh American Diabetes Association pada 2011. Mereka memberikan pernyataan sama bahwa operasi ini juga dapat menjadi alternatif solusi bagi penderita diabetes tipe 2.

Akan tetapi ada catatan, syarat untuk menjadikannya efektif adalah pasien merupakan orang dewasa dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) di atas 35. Khusus untuk orang Asia, Chinese Society for Metabolic and Bariatric Surgery menyebutkan, IMT 27,5 juga sudah akan efektif memakai metode ini.

Sejarah bypass lambung

Dikutip dari situs web American Society for Metabolic and Bariatric Surgery, sejarah panjang mengenai operasi bypass lambung bermula dari beberapa metode operasi untuk menangani persoalan berat badan melalui bedah lambung.

Pada 1954, Kremen dan Linner mengenalkan metode operasi bypass jejuno-ileal. Namun, metode ini masih memiliki risiko seperti komplikasi pada pasien. Komplikasi itu memicu diare, osteoporosis, dan beberapa penyakit lain.

Thinkstock Ilustrasi operasi bypass lambung.

Menyusul berikutnya, muncul metode operasi bypass lambung, gastroplasti, dan gastric. Saat itu belum dapat dipastikan mana yang paling efektif untuk mengatasi masalah obesitas.

Sampai akhirnya, Walter Pories, dokter dari North Carolina State University melakukan operasi bypass lambung pada pasien obesitas morbid—pasien dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) lebih dari 40—dan memberikan bukti keefektifannya.

Pories menemukan, berat badan pasien menurun signifikan. Selain itu, kadar  gula darah pasien juga menjadi normal dalam tempo relatif singkat. Penelitian Pories pun berlanjut. Selama 14 tahun sejak 1955, Pories menguji metode bypass lambung pada 146 pasien diabetes tipe 2.

Hasilnya, 83 persen pasien mendapatkan kesembuhan dari diabetes tipe 2. Dari hasil ini, operasi bypass lambung menjadi salah satu standar baru bagi pengobatan diabetes tipe 2.

Jangka panjang

Banyak riset yang menyusul temuan itu mendapati metode bypass lambung efektif menangani masalah diabetes tipe 2, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Di antara riset itu datang dari King's College London di Inggris Università Cattolica di Italia. Dibandingkan cara pengobatan tradisional, metode ini dinilai jauh lebih baik.

Dimuat dalam jurnal medis internasional The Lancet, kedua riset tersebut membandingkan antara pasien diabetes tipe 2 yang melakukan operasi dan yang hanya mengonsumsi obat untuk upaya kesembuhannya. Pengujian dilakukan selama lima tahun. Hasilnya, kadar gula darah pasien yang menjalani operasi bypass lambung terjaga di level normal.

“Operasi bypass lambung  dinyatakan efektif dan menjadi tren pengobatan dunia pada 2013,” kata direktur Cleveland Clinic Innovations Chris Coburn ketika mengumumkan 10 inovasi pengobatan terbaru dunia medis pada Minggu (30/11/2013).

Di Tiongkok, salah satu rumah sakit yang memakai metode itu sebagai standar pengobatan pada diabetes tipe 2 adalah Asia Pacific Bariatric and Diabetes Center of Jinshazhou University. Melalui pengobatan minimal invasif laparoskopi, metode operasi bypass lambung sudah menjadi pilihan banyak pasien.

medicalstutering Ilustrasi pemeriksaan gula darah

“Bagi pasien diabetes yang gula darahnya tidak terkontrol, operasi ini bisa menjadi pilihan pertama,” kata ahli bedah dari Rumah Sakit Jinshazhou-Kedokteran Universitas Guangzhou, China Wu Liang Ping.

Nah, kadang-kadang keraguan atau keterbatasan informasi menjadi penyebab pasien tak segera membuat keputusan, apalagi dengan embel-embel “operasi”. Lebih banyak orang menjadikan operasi sebagai pilihan terakhir, ketika pengobatan atau cara lain sudah tak mempan.

Jangan khawatir, sekarang sudah ada konsultan yang bisa menjembatani para pasien mendapatkan informasi akurat untuk layanan medis. Di antara konsultan itu adalah Norgen Health, yang perwakilannya ada di Indonesia, sebagai “jembatan” untuk layanan kesehatan yang bisa didapat di China.

Dengan berkonsultasi terlebih dahulu, pasien bisa memilih cara apa yang paling tepat untuk menangani penyakitnya. Untuk informasi lebih lengkap dari Norgen Health bisa didapat dari situs web dalam link ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com