KOMPAs.com - Ikan salmon dianggap sebagai makanan mewah dengan harga selangit. Padahal, biaya untuk membeli makanan kaya protein tersebut jauh lebih murah ketimbang rokok yang terbukti merugikan tubuh.
Baim (30), dalam sehari bisa menghabiskan empat bungkus rokok. Ia selalu beranggapan kalau bahan pangan kaya protein seperti salmon tak layak dibeli lantaran harganya yang tinggi.
“Buang uang saja. Ikan doang kok mahal banget,” jawab Baim singkat.
Ia juga selalu menghemat pengeluaran untuk belanja makan keluarganya. Padahal, kalau dihitung, uang rokok Baim dalam sehari bisa digunakan untuk membeli makanan yang dianggap mewah tersebut.
Misalnya, harga rata-rata rokok adalah 15 ribu rupiah. Jadi, dalam sehari Baim menghabiskan 60 ribu rupiah untuk rokok.
Harga salmon per 100 gram adalah 25 ribu rupiah. Harusnya, dalam sehari Baim dan keluarga bisa menyantap ikan mewah kaya protein tersebut setidaknya 200 gram.
Prof. Hardinsyah, MS. PhD yang merupakan Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia kerap heran dengan prioritas masyarakat Indonesia. Masih banyak masyarakat yang masuk taraf kekurangan gizi tapi mampu membeli rokok.
“Selama ini kasus kekurangan gizi dikaitkan dengan kondisi ekonomi. Tapi kok mereka mampu beli rokok? Kenapa uangnya tak dipakai untuk beli makanan saja?” tanya Hardinsyah.
Dari data yang dihimpun oleh Hardinsyah, sekitar 37 persen masyarakat Indonesia masih kekurangan protein. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang protein berkualitas, seperti kisah Baim di atas.
“Masih banyak yang berpikir kalau makan itu yang penting kenyang. Perbanyak nasi, minim lauk pauk. Kurang buah dan sayur pula,” ujar Hardinsyah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.