UNGARAN, KOMPAS.com - Tahukah Anda bahwa ternyata kantung plastik yang selama ini beredar di pasaran, ada yang berbahan daur ulang (recycle) dari material yang berbahaya? Salah satunya, berbahan dasar bekas barang-barang medis yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
"Masyarakat umum tahunya, kantong plastik recycle itu hanya dari botol bekas. Padahal, ada yang dari botol infus, bekas medis, jenis-jenis plastik ini sangat tidak sehat," ungkap Marketing Manager Sinar Joyoboyo Plastik, Gilang Yogantoro, di Alun-alun Bung Karno, Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (22/6/2016) sore.
Sinar Joyoboyo Plastik, sebagai salah satu pelopor industri kantung plastik di Indonesia, sengaja hadir di pusat jajanan di ibukota Kabupaten Semarang, untuk mengedukasi masyarakat tentang kantung plastik sehat, serta penggunaan kantung plastik tepat guna kepada masyarakat.
Salah satu pengunjung alun-alun, Murtina, yang secara sukarela mengajukan diri mengikuti tantangan menebak kantong plastik murni dan hasil daur ulang, mengaku cukup kesulitan. Panitia telah menyiapkan dua kantong plastik warna ungu dan biru muda.
"Susah dibedakan. Secara fisik mirip semua, hanya beda warna," ucap Murtina menyerah.
"Begini cara membedakan dua kantong plastik itu. Ingat, pakai 3D ya, dicium, diraba dan diterawang," tutur sang pembawa acara.
Ia mengungkapkan, kantong plastik hasil daur ulang cenderung berbau plastik menyengat jika dibaui. Saat diraba, akan terasa kasar bagian permukaannya. Terakhir, ada banyak bintik-bintik biji plastik saat diterawang.
"Kantong plastik dari biji plastik murni cenderung halus saat diraba, tak berbau plastik menyengat saat dibaui dan lebih transparan saat diterawang," kata MC.
Sedangkan, menurut Gilang, penggunaan kantong plastik daur ulang sangat rentan menularkan penyakit. Sebab selain bahan-bahannya yang tidak sehat, dari proses hingga barang jadi pun tidak terjamin kebersihannya.
Berbeda dengan kantong plastik murni yang diproduksi pabrikan, mulai dari pemilihan bahan, proses produksi hingga barang jadi, semua telah melewati audit dan sertifikasi dari lembaga yang berwenang.
"Bahannya itu steril atau tidak, higenis atau tidak kita tidak tahu. Ketika nanti diproduksi dan jadi kantong plastik, dipakai untuk membungkus makanan, itu akan berpotensi membuat migrasi partikel ke makanan. Dan ketika makanan ditelan ke dalam tubuh, partikel itu tidak bisa diolah. Nah di dalam tubuh akan berpotensi jadi kanker," jelasnya.
Pihaknya berharap, dengan kampanye penggunaan plastik tersebut, publik dapat mengetahui penggunaan kantong plastik secara tepat. Gilang menjelaskan, masyarakat perlu mengetahui perbedaan kantong plastik dari bijih plastik murni dan hasil daur ulang.
"Kami ingin mengajak masyarakat untuk mengenali penggunaan kantong plastik secara luas. Misalnya, tidak hanya sekali pakai. Kantong plastik masih bisa digunakan maksimal lima kali pemakaian, setelah itu dibuang pada tempat sampah khusus plastik," terangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.