Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/06/2016, 07:15 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Gejala alergi kadang muncul dalam manifestasi gangguan kesehatan yang tak seberapa berat, seperti pilek dan bersin dan sedikit gatal.

Tapi, ada kalanya juga, gejala alergi muncul dalam bentuk yang parah hingga mengancam nyawa. Gejala alergi seperti itu dinamakan anafilaksis.

Mengenali gejala anafilaksis menjadi sangat penting agar penderita alergi dan orang sekitarnya bisa segera memberi pertolongan agar tidak terjadi hal yang fatal seperti kematian.

"Kesalahan terbesar yang masih banyak dilakukan orang adalah tidak segera bereaksi cepat ketika anafilaksis muncul," kata Scott H. Sicherer, MD, kepala divisi alergi dan imunologi di departemen pediatri di Mt. Sinai Hospital di New York City.

 

Gejala Anafilaksis

Tanda-tanda dan gejala anafilaksis dapat sangat bervariasi dari orang ke orang serta dari waktu ke waktu pada orang yang sama. Plus, gejala dapat berkembang dengan sangat cepat - dalam hitungan detik atau berevolusi lebih dari satu jam atau lebih. Tanda-tanda dan gejala reaksi alergi anafilaksis yang paling umum termasuk:

1. Batuk, kesulitan atau bernapas tidak teratur, tenggorokan atau mulut gatal, dan kesulitan menelan.

2. Mual, muntah, sakit perut, dan diare.

3. Gatal atau muncul benjolan merah pada kulit dan kulit kemerahan.

4. Pusing, jantung berdebar-debar, nyeri dada atau sesak, kebingunganl, lemas, tekanan darah turun, denyut nadi cepat, kehilangan kesadaran, dan pingsan.

Reaksi alergi menjadi lebih serius dan dianggap sebagai keadaan darurat medis saat tanda-tanda atau gejala menjadi sangat parah, seperti kehilangan kesadaran atau kesulitan bernapas.

 

Cara Mengatasi Anafilaksis

Begitu anafilaksis terdeteksi, segera hubungi dokter dan berika epinefrin pada penderita jika tersedia. Cobalah untuk menjaga penderita agar dia setenang mungkin.

"Satu-satunya pengobatan adalah suntik epinephrine," kata Robert Wood, MD, seorang profesor pediatri dan kepala divisi alergi pediatrik dan imunologi di Johns Hopkins Children Centre di Baltimore.

"Beberapa dokter mungkin akan memperingatkan untuk tidak memberikan epinefrin sampai saat-saat gawat terakhir, tetapi orang-orang dengan reaksi alergi yang parah perlu diberikan epineferin lebih awal," kata Wood lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com