Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Pingsan dan Kelelahan, Ternyata Remaja Ini Idap Penyakit Serius

Kompas.com - 08/07/2016, 11:15 WIB

Ketika Katie Davis memasuki pubertas di usia 12 tahun, ia mulai sering merasa kelelahan. Keluarganya mengira hal itu efek dari menstruasinya.

Lalu suatu hari, Katie bangun dari tidur siang di rumahnay di Ohio dan pingsan. Ia lalu dibawa ke rumah sakit dengan ambulans, dan dokter melakukan sejumlah tes darah.

"Saya bahkan tidak sanggup bangun untuk menemui orang-orang. Secara fisik saya tidak sanggup melakukan apa pun. Itu sangat menakutkan," kata Katie yang kini berusia 22 tahun.

Salah satu hal aneh yang membuat Katie dan juga staf medis bingung adalah detak jantung dan tekanan darahnya naik turun tak beraturan, padahal ia sedang tertidur. Pada akhirnya rumah sakit mengijinkannya pulang karena hasil semua tes menunjukkan ia normal.

Di rumah, Katie semakin kehilangan energi untuk menjalani hari-harinya. "Saya stuck di tempat tidur di ruang tamu selama tiga bulan. Selain ke dokter, saya tak pernah meninggalkan rumah," ujarnya.

Sang ibu terus berupaya meminta penjelasan dokter akan kondisi Katie, tetapi setiap dokter yang ditemui rata-rata mengatakan tak ada penyakit tertentu, Katie hanya melewati masa pubertas atau takut sekolah di tingkat SMP.

"Dokter terus mengatakan semua ada di kepala saya, dan ia meminta saya menemui psikiatri, tapi ibu tidak pernah mempercayainya," kata Katie.

Ia pun harus melewatkan kelas 6 karena tak bisa ke mana-mana. Semua kebutuhannya diurus ibunya, mulai dari mandi hingga pakai baju, untuk bangun dari tidur pun Katie merasa tidak bertenaga. Ia menjalani hidup seperti itu selama satu tahun.

Diagnosis

Menginjak usia 13 tahun, Katie diperiksa oleh dokter jantung untuk pemeriksaan tilt table test. Dalam pemeriksaan untuk pasien yang sering pingsan ini, pasien dalam posisi telentang diikat ditempat tidur yang bisa diberdirikan.

Normalnya, detak jantung dan tekanan darah akan naik sedikit saat posisi tempat tidur diberdirikan, seperti halnya saat kita berdiri dari posisi duduk. Pada Katie, setelah empat menit, organ vitalnya drop dan ia kembali pingsan.

Dokter jantung mendiagnosisnya menderita dysautonomia, di mana fungsi "otomatis" tubuhnya tidak menerima kontrol sadar, sehingga pengaturan suhu, pencernaan, tekanan darah, dan detak jantung, gagal berfungsi.

Tidak ada obat untuk dysautonomia. Kondisi ini disebut juga dengan POTS (Postural Orthostatic Tachycardia Syndrome), yang diperkirakan diderita 1 dari 100 remaja. Hampir 80 persen pasien adalah wanita muda.

"Saya sangat senang mendengar dokter menemukan penyakit saya, tapi tanpa adanya obat fakta ini juga menyedihkan. Saya butuh sesuatu untuk mengobatinya, bukan sesuatu yang harus saya bawa seumur hidup," ujar Katie.

Penyebab POTS belum diketahui, tetapi para ahli menduga ini merupakan penyakit autoimun. Separuh dari pasien mengalami kondisi ini secara mendadak, setelah sebelumnya dipicu oleh infeksi virus, menstruasi, hamil, atau kecelakaan.

Sindrom tersebut juga sulit didiagnosis, karena secara klinis gangguan ini baru didefinisikan tahun 1993 oleh Mayo Clinic. Banyak dokter yang belum memahami sindrom ini karena pasiennya juga jarang.

Melanjutkan hidup

Beberapa tahun setelah diagnosis tersebut, Katie berusaha keras menjalani hidupnya. Ia melanjutkan sekolahnya, walau secara fisik ia kelelahan dan sering tertidur di kelas.

Ketika ia duduk di bangku SMA, Katie bertemu dengan seorang pria dan jatuh cinta. Mereka lalu menjalin hubungan dan memutuskan menikah.

Walau demikian, Katie tetap tidak sanggup berdiri lebih dari 3 menit, sehingga ia harus menggunakan kursi roda untuk beraktivitas. Ia juga menghabiskan hari-harinya di rumah, memasak, mengurus rumah, dan membaca. Suatu hari nanti ia berharap bisa memiliki anak dan menjadi ibu.

Pengobatan yang Katie lakukan saat ini adalah memastikan tubuhnya cukup garam, mengonsumsi banyak air putih, dan memakai kaus kaki kompresi. Katie merasa bersyukur memiliki keluarga dan suami yang mendukungnya, dan membuatnya berani mengungkapkan kisahnya.

"Saya memiliki dukungan sosial yang besar, ini yang membuat saya bahagia," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com