Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Pembiaran: Menebar Kesempatan, Menuai Pembodohan dan Kerusuhan

Kompas.com - 20/07/2016, 09:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBestari Kumala Dewi

 

Kesempatan dalam kesempitan

Istilah kesempatan dalam kesempitan sejak jaman dahulu dijadikan peluang emas. Saat pimpinan bangsa ribet berbagi jurus merenggut posisi dan kekuasaan, publik terlantar tanpa pengarahan apalagi pengawasan.

Berpuluh tahun penjual obat liar marak di pasar-pasar gelap yang terang-terangan berjualan. Agak sarkastik, memang. Tapi itu faktanya.

Banyak tempat dikenal sebagai lokasi penjualan berbagai macam merk obat penenang hingga obat kanker impor – yang kasusnya kini kian amburadul, karena toko ‘online’ siap mengantar obat aborsi via dunia maya.

Bukan rahasia umum, apotik hingga kini bebas menjual obat yang berlabel ‘harus dengan resep dokter’ langsung ke publik termasuk antibiotik.

Pemerintah seakan tidak hadir bagi rakyat. Jangankan pembersihan atau penangkapan, pengawasan pun sepertinya tidak ada. Padahal sistemnya ada. Semua menunggu kejadian dan kasus. Baru ada “gerakan”. Seakan kaget bangun dari tidur lama…

Jadi, perkara vaksin palsu bukan hal yang mengagetkan. Ada permintaan, ada penyedia. Ada kesempatan barang palsu, pasti karena ada yang menginginkan ‘harga bagus’ – dan tak ada satu pihak pun yang mengawasi apalagi melakukan penjaminan.

Dokter belanja di black market, keluguan tanpa berpikir risiko barang haram – mulai dari pemasokan hingga isinya yang haram alias tak sesuai label, membuat mereka terjebak dalam etika profesi dan standar prosedur operasional yang tak dipatuhi.

Kebebasan publik memilih obat paten ketimbang generik, tidak ubahnya sama seperti hak publik memilih vaksin impor ketimbang vaksin generik buatan lokal.

Kewenangan pemerintah memang tidak mungkin membatasi hak-hak warga negara untuk membuat pilihan. Tapi, wujud negara hadir adalah dengan distribusi informasi sebanyak mungkin, agar publik jeli tidak salah pilih, pengawasan terlaksananya sistem dan penindakan bilamana terjadi pelanggaran.

Pembiaran, pembiasaan dan ketidaktahuan yang mengarah pada pembodohan sudah saatnya diakhiri. Percuma saja kita bermimpi tentang mengubah orang lain, mengubah dunia, mencanangkan bermacam- macam revolusi – yang hanya berakhir sebagai jargon – tanpa mengubah perilaku diri sendiri.

Seperti Leo Tolstoy pernah mengatakan, “Everyone thinks about changing the world, but no one thinks of changing himself”.

Seyogyanya, semua perubahan dimulai dari diri sendiri– orang lain dengan serta merta mengikut, bilamana perubahan itu bermakna, tanpa perlu disuruh apalagi dipaksa. Siapa sih, yang tidak mau hidup lebih baik?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com