Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sleep Apnea", Mendengkur, dan Kematian Saat Tidur

Kompas.com - 03/08/2016, 17:45 WIB
Dr. Andreas Prasadja, RPSGT

Penulis

Masih jelas dalam ingatan saya bagaimana Ibu Susi Pudjiastuti, dalam wawancara di Kick Andy Metro TV menceritakan bagaimana beliau kehilangan putranya akibat sleep apnea. Belum lama berselang, saya dikejutkan dengan wafatnya Mike Mohede saat tidur siang. Seorang penyanyi muda yang saya kagumi.

Walau tak diketahui secara pasti, orang banyak menebak serangan jantung sebagai penyebab. Serangan jantung memang yang paling sering sebabkan kematian mendadak. Tapi, apa yang bisa sebabkan serangan jantung saat tidur? Seperti yang terjadi pada putra Bu Susi, Sleep Apnea.

Sleep Apnea - Mendengkur

Sleep Apnea, yang artinya henti nafas saat tidur, masih sangat diremehkan di Indonesia. Padahal penelitian Indonesian Society of Sleep Medicine mendapati angka yang tidak kecil. Di Jakarta saja penderitanya ada 20 persen. Tak berbeda jauh dengan data negara-negara Asia seperti Singapura, Malaysia, Taiwan dan Jepang.

Mungkin masih diabaikan karena gejalanya yang sangat biasa, mendengkur. Dua gejala utama sleep apnea adalah ngorok dan kantuk berlebihan di siang hari (hipersomnia).

Pada saat tidur, saluran nafas rileks dan lemas hingga menyempit. Akibatnya, walau ada gerakan nafas, tak ada udara yang bisa lewat. Seperti tercekik saat tidur pendengkur akan terbangun sejenak dan lalu tidur kembali.

Bayangkan jika seseorang terbangun singkat ratusan kali sepanjang malam tanpa terjaga. Saat bangun ia akan merasa tak segar dan terus mengantuk sepanjang hari. Tak heran jika pendengkur di Inggris Raya dilarang berkendara.

Akibat henti nafas, berulang kali oksigen turun naik, dan efeknya pada jantung tak remeh. Berulang kali denyut jantung menjadi pelan, dan lalu cepat saat tidur. Ya, artikel Laryngoscope di tahun 2013 menyatakan bahwa mendengkur lebih berbahaya bagi jantung dibanding kolesterol tinggi dan kebiasaan merokok.

Perawatan
Pertama, pendengkur harus diperiksakan tidurnya di laboratorium tidur. Pemeriksaan dengan alat bernama polisomnografi ini untuk mendiagnosis apakah dengkuran seseorang itu wajar atau ada henti nafasnya. Derajat dan jenis sleep apnea juga jadi diketahui.

Dari hasil pemeriksaan, baru nanti diketahui apa perawatan yang tepat bagi penderita. Apakah harus lewat pembedahan, penggunaan dental appliances oleh dokter gigi atau dengan gunakan continuous positive airway pressure (CPAP).

Saat ini, berbagai bukti ilmiah terus membuktikan bahaya dengkuran. Sleep apnea telah dikenali sebagai penyebab hipertensi, diabetes, berbagai penyakit jantung, disfungsi ereksi hingga kematian.

Sleep apnea sangat berbahaya dan mudah dikenali. Sayang jika diabaikan begitu saja. Jika ada sahabat atau kerabat tidur ngorok, jangan ditertawakan. Peringatkan untuk segera memeriksakan diri. Anda bisa selamatkan nyawa.

Akhir kata, Mike, rupanya Tuhan ingin kamu menyanyi untuknya. I'll treasure your autographed CD. See you...

dr. Andreas Prasadja, RPSGT
Sleep Physician, Sleep Disorder Clinic RS. Mitra Kemayoran
www.andreasprasadja.com
@prasadja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com