Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/08/2016, 11:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Bukan cuma makanan tidak sehat yang bisa menyebabkan racun di dalam tubuh. Pengalaman buruk, penyesalan, dan kecemasan akan masa depan, sedikit demi sedikit akan meracuni jiwa. Atasi dengan melakukan detoks emosi.

Seperti halnya diet detoks yang tujuan utamanya adalah mengistirahatkan organ-organ pencernaan, detoks emosi juga dilakukan untuk mengistirahatkan pikiran, emosi, dan perasaan.

"Selama ini kita sudah penuh. Setiap saat berpikir dan merasa, akibatnya jadi baper. Jika ada sesuatu atau kata-kata yang melukai perasaan kita langsung merasa, padahal belum tentu untuk kita," kata Adjie Silarus, praktisi meditasi.

Detoks emosi, menurut Adjie, merupakan sebuah pendekatan agar kita tidak terlalu merasa atau memikirkan sesuatu.

Dengan gaya hidup modern yang selalu tergesa-gesa dan banyak berpikir, detoks emosi membantu kita mengurangi ketegangan dan kelelahan.

"Kita terus menerus emosi sehingga gampang lelah. Sedikit disenggol langsung marah. Mirip seperti senar gitar yang terlalu tegang, ketika dipetik gampang putus. Kita pun demikian, makanya perlu mengendurkan pikiran," paparnya.

Racun-racun dalam jiwa yang dibiarkan mengendap bukan hanya berpengaruh pada kesehatan mental, tapi juga fisik. Efek yang paling terasa adalah mood yang tidak stabil, sulit tidur, hingga daya tahan tubuh menurun.

Meditasi

Detoks emosi bisa dilakukan dengan bermacam cara, namun menurut Adjie yang utama adalah mempraktikkan meditasi.

Meditasi merupakan kondisi pikiran yang tenang dan ada di saat sekarang, bukan di masa lalu dan masa depan. "Kalau pikiran sudah ada di masa sekarang, maka kita bisa istirahat," kata penulis buku meditasi Sejenak Hening dan Sadar Penuh Hadir Utuh ini.

Meditasi seharusnya memang dilakukan secara rutin setiap hari dengan meluangkan waktu 5-10 menit untuk mengistirahatkan pikiran dan sepenuhnya hadir di saat ini.

Walau demikian, Adjie menyarankan agar kita memiliki waktu khusus agar secara intensif bisa melakukan detoks emosi.

"Sama halnya dengan diet, walau tiap hari sudah menjaga pola makan tapi tetap perlu meluangkan waktu khusus untuk diet detoks," katanya.

Detoks emosi erat kaitannya dengan digital detoks, dengan demikian kita dianjurkan untuk berpuasa sebentar dari hal yang sering membuat pikiran penuh, yaitu gadget.

Puasa gadget ini bisa kita lakukan dengan cara mematikan semua gawai dan memutuskan internet selama beberapa waktu tertentu.

"Kalau untuk orang kantoran mungkin hanya saat hari Sabtu atau Minggu, atau jam-jam tertentu di hari biasa. Tujuannya agar pikiran tidak selalu gelisah," katanya.

Selain itu, lakukan meditasi secara rutin karena meditasi adalah praktik seumur hidup dan perlu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Untuk Anda yang merasa sulit melakukan meditasi, tak ada salahnya bergabung dengan kelas atau komunitas tertentu.

"Kalau ada teman kita menjadi lebih tekun dan sabar. Juga ada rasa kebersamaan karena mungkin sama-sama punya masalah, bisa saling menemani," katanya.

Dengan meditasi, kita pun bisa mengajak pikiran yang sering kembali ke masa lalu atau lari mengejar impian ke masa depan, untuk kembali ke saat ini. Pada saat itulah masa istirahat yang sebenarnya bagi jiwa.

Detoks emosi yang dilakukan secara rutin akan membantu pikiran lebih jernih, bisa bersabar, bersyukur, dan berbahagia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau