Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/08/2016, 12:39 WIB

KOMPAS.com - Memiliki gejala yang mirip, yaitu nyeri di bagian dada, serangan jantung dan GERD (gastroesophageal reflux disease) sering sulit dibedakan.

Tiga tahun lalu, Lee Ann Williamson mulai merasa tidak enak badan saat sedang bertugas sebagai pianis di gereja. Ia tidak yakin apakah rasa nyeri di dada seperti ada gajah mendudukinya itu gejala GERD, serangan jantung, atau yang lain. Ia berusaha mengabaikan rasa sakitnya.

Sampai keesoan paginya, ternyata nyeri dada itu tidak hilang, bahkan makin memburuk. Akhirnya, wanita berusia 46 tahun itu memeriksakan diri ke rumah sakit.

Di rumah sakit, diketahui tekanan darahnya tinggi, 186/110. Ia lalu diberi nitroglycerin, obat untuk melemaskan pembuluh darah dan sering diberi ke pasien serangan jantung untuk memulihkan aliran darah ke jantung.

Tak berapa lama kemudian, hasil pemeriksaan menunjukkan Lee Ann tidak mengalami serangan jantung tetapi naiknya asam lambung dan inflamasi di esofagus (GERD).

Gejala mirip

Apa yang dialami Lee Ann itu memang banyak terjadi. Masalahnya, tak mudah membedakan gejala serangan jantung dengan naiknya asam lambung tersebut. Keduanya menyebabkan rasa berat dan tertekan di dada seperti ada gajah yang duduk di dada.

Kemiripan gejala itu terjadi karena saraf di lambung dan jantung tidak memberi sinyal yang akurat ke otak mengenai sumber rasa nyerinya.

"Saraf di dada memang tidak spesifik. Jika seseorang jarinya kepukul palu, ia akan langsung tahu jari mana yang terpukul. Tetapi, jika seseorang luka di jantung, paru, pankreas, atau lambung, semuanya akan memberi gejala nyeri di bagian dada," kata Stephen Kopecky, dokter spesialis jantung di Mayo Clinic Rochester seperti dikutip dari Health.com.

Tak heran bila gejala GERD dan serangan jantung sulit dibedakan. Hal ini juga membuat banyak pasien serangan jantung memiliki gejala yang ringan atau bahkan tak bergejala, sehingga pertolongan medis terlambat diberikan.

Meski demikian, ada beberapa cara untuk membedakan kedua kondisi itu. Bila gejalanya terkait dengan masalah jantung, kita akan merasa ada tekanan di dada, sensasi terbakar, dan rasa sangat sesak.

Nyeri tersebut juga akan semakin parah setelah melakukan olahraga atau ada stres emosional. Rasa nyeri dapat menyebar ke punggung, leher, rahang, atau lengan. Seringkali diikuti dengan rasa pusing, mual, sulit bernapas, dan denyut nadi tak teratur.

Dokter juga akan mencurigai serangan jantung jika pasien memiliki faktor risiko, misalnya punya penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, kegemukan, merokok, atau kolesterol tinggi.

Durasi juga berpengaruh. Angina atau nyeri dada akibat jantung bisa bertahan sampai 10 menit sebelum rasa nyerinya hilang. Serangan jantung bisa lebih lama dari itu, dan nyeri GERD dapat terjadi sampai satu jam.

Bila rasa nyeri terkait dengan masalah pencernaan, seperti GERD, maka rasa nyeri tajam itu akan terasa memburuk setelah mengonsumsi makanan pedas atau berlemak. Nyeri juga dipengaruhi oleh perubahan posisi, misalnya memburuk jika kita berbaring.

Nyeri akibat naiknya asam lambung juga akan memicu rasa tertentu di mulut.

Untuk memastikannya, segera ke rumah sakit. Dokter akan melakukan tes darah untuk mengetahui penyebab gejala tersebut.

Selain itu, lakukan check up kesehatan secara berkala jika Anda memiliki faktor risiko penyakit jantung, bahkan jika Anda belum mengalami gejala nyeri dada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com