Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sariawan Tak Kunjung Sembuh, Ternyata Derita Kanker Lidah

Kompas.com - 07/09/2016, 11:49 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Walau begitu, pada kemoterapi yang kedua yang dilakukan 21 kemudian, Tari mulai merasakan beberapa efek tidak nyaman seperti rambut rontok, mual, dan tidak bisa makan.

"Berat badan saya sampai turun 10 kilogram karena tidak bisa makan apa-apa. Padahal saya masih harus menjalani kemoterapi lagi," katanya.

Sebelum kembali ke Guangzhou untuk menjalani terapi selanjutnya, selama 17 hari di Jakarta, Tari berkonsultasi dengan dokter gizi mengenai pola makan yang bisa meningkatkan daya tahan tubuhnya.

"Saya bertemu dengan dokter Inge Permadhi yang sangat mendukung. Dokter mengizinkan saya makan apa saja demi meningkatkan daya tahan tubuh. Ya sudah, saya makan saja yang enak-enak, yang penting ada makanan masuk," katanya.

Pola makan itu berhasil membuat daya tahan tubuhnya naik. Ketika akan berangkat kembali ke Guangzhou, kondisi Tari sudah sehat dan bugar. Ia pun merasa siap menjalani kemoterapi ketiga. Tetapi, ketika dokter memeriksanya ternyata benjolan di lidahnya mulai mengecil.

Dokter pun menyarankan agar tidak perlu melanjutkan kemoterapi lagi tetapi dioperasi saja. Saran dokter itu membuat Tari sangat marah karena ia mengira lidahnya akan tetap dipotong.

"Kalau memang harus dipotong, mengapa tidak dari awal saja," katanya. Namun, dokter menjelaskan bahwa yang akan dioperasi hanya kankernya saja, bukan lidahnya.

Tari akhirnya bisa bernapas lega karena yang dioperasi hanya bagian kecil dari lidahnya. Pemulihannya pun sangat cepat. "Setelah tiga hari saya sudah bisa bicara, tidak ada cadel. Memang kalau makan belum bisa, hanya lewat sonde," katanya. Hasil biopsi juga menyebutkan tidak ada lagi sel kanker di lidahnya.

Kini sudah dua tahun Tari bebas dari kanker. Ia pun mulai mengubah pola hidupnya menjadi lebih sehat.

"Dulu saya memang hobi makan, tidak ada pantangan sama sekali. Pekerjaan juga membuat saya sering begadang. Sekarang semua saya ubah. Dukungan keluarga sangat besar," paparnya.

Hingga saat ini, Tari terus gigih berjuang melawan kankernya. Dukungan dari suami tercintanya dan kedua anaknya menjadi obat energi positif bagi dirinya. Tari pun tak pernah menutupi penyakitnya dan berusaha bisa memberi semangat dan inspirasi bagi pasien kanker lainnya.

Pelajaran terbaik yang diperolehnya adalah berserah kepada Tuhan karena semua kembali kepada Tuhan. Sabar dan iklas kuncinya, meskipun kesabaran itu menjadi pertarungan batin yang berat bagi dirinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com