Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Sehat Juga Tertarik Mengikuti Diet Bebas Gluten

Kompas.com - 09/09/2016, 16:00 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

KOMPAS.com - Diet bebas gluten sejatinya lebih pas diterapkan penderita penyakit seliak (celiac disease). Tetapi ternyata diet ini banyak diikuti oleh orang sehat, atau lebih dari tiga kali persentase penderita penyakit itu di AS.

Periset menemukan antara 2009 dan 2014 persentase masyarakat AS dengan penyakit seliak cenderung tetap. Sementara, orang tanpa kondisi tersebut yang mengikuti diet tanpa gluten naik di periode yang sama.

Celiac disease adalah kelainan di mana seseorang tak dapat mencerna gluten dengan normal. Gluten adalah protein yang ditemukan dalam gandum, barley dan rye.

Orang dengan kondisi demikian bila mengonsumsi protein gluten akan membuat sistem kekebalan menyerang usus kecil dan menyebabkan keluhan pencernaan seperti diare, kembung dan turun berat badan. Beberapa orang langsung berhenti makan gluten ketika mereka alergi terhadap gandum.

Periset mengestimasi 1,76 juta di AS memiliki penyakit seliak dan diperkirakan 2,7 juta orang menghindari atau mengurangi konsumsi gluten kendati tidak didiagnosa punya penyakit tersebut. Begitu penemuan yang baru diterbitkan jurnal JAMA Internal Medicine.

Dalam studi tersebut periset menganalisa data National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) yang dilakukan setiap tahun oleh periset dari Center for Disease Control and Prevention (CDC).

Tim peneliti menganalisa jawaban para peserta survei terhadap pertanyaan apakah mereka pernah didiagnosa kena celiac disease dan apakah mereka mengikuti diet bebas gluten.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa prevalensi celiac disease di antara orang Amerika peserta survei NHANES adalah 0,7 persen dari populasi di 2009-2010. Jumlahnya sebanyak 0,77 persen pada 2011-2012 dan 0,58 pada 2013-2014.

Selama periode tersebut masyarakat di AS yang tidak mengalami celiac disease tetapi yang menghindari gluten ada tiga kali lipat. Naik dari 0,52 persen dari populasi di 2009-2010 menjadi 1,69 persen di 2013-2014.

Hasil tersebut membuktikan prevalensi penyakit tersebut cenderung tetap sekitar 0,7 persen dari populasi. Sementara persentase pelaku diet bebas gluten tanpa diagnosa penyakit itu justru meningkat cepat.

Melakukan diet bebas gluten amat populer di kalangan tiga kelompok yang tidak memiliki kebutuhan medis : dewasa muda usia 20-39 tahun, wanita, kulit putih non Hispanik.

Dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengevaluasi apakah diet bebas gluten bermanfaat atau berbahaya untuk populasi umum dan untuk menyelidiki ciri-ciri orang yang mengikuti diet tersebut.

"Sebagian yang mendorong tren diet bebas gluten adalah rasa percaya yang dibakar oleh marketing dan media bahwa makanan ini lebih sehat," kata Dr Daphne Miller, associate profesor kedokteran keluarga dan komunitas dari University of California, San Francisco. Ia sendiri tak terlibat dalam penelitian baru itu.

Beberapa penelitian mengenai orang yang mengikuti diet bebas gluten dengan alasan selain penyakit seliak atau alergi gandum menemukan manfaat sehat. "Selain itu riset-riset lain menemukan tidak ada manfaatnya," kata Miller.

Beberapa riset lain mempertanyakan apakah menghilangkan protein gluten seperti mengurangi konsumsinya atau makan lebih sedikit makanan yang diproses menyebabkan perbaikan gejala atau meningkatkan kesehatan secara umum ketika melakukan diet bebas gluten.

Dibutuhkan lebih banyak riset untuk mengerti bagaimana dan mengapa diet bebas gluten mempengaruhi gejala-gejala keluhan pencernaan, suasana hati dan kesehatan. Demikian kata Miller.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com