Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/09/2016, 14:24 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat, Dede Yusuf mengusulkan untuk membuat sistem pelacakan obat di Indonesia.

Sistem itu bertujuan untuk mencegah peredaran obat palsu.

"Sekarang kami usulkan itu namanya tracking system. Ini kan obat masuk ke pelabuhan lalu beredar ke mana-mana," kata Dede dalam suatu diskusi di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (10/9/2016).

Dede menuturkan, nantinya setiap obat akan memiliki barcode atau hologram untuk menunjukkan keaslian suatu obat.

Sampai di apotek, masyarakat dapat mengetahui keaslian obat tersebut.

"Saya sudah minta yang mau dipakai yang mana? Misalnya obat ini dari pelabuhan barcode-nya ini, hologram-nya ini. Nanti sampai di apotek itu tinggal di cek bener apa tidak," ucap Dede.

Akibat sistem itu, Dede menjelaskan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan berkoordinasi dengan semua industri farmasi.

Jika pihak industri ingin obatnya beredar, maka wajib menggunakan sistem pelacakan tersebut.

"Itu sistemnya tinggal ditempel kok. Itu tidak bisa dirobek, kalau dirobek rusak dia," ujar Dede.

Setelah ditemukan vaksin palsu, masyarakat kembali diresahkan dengan peredaran obat palsu.

Bareskrim Polri bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan menggerebek lima gudang produksi obat palsu di Balaraja, Banten.

Wakil Kepala Bareskrim Polri Irjen Antam Novambar mengatakan, di gudang tersebut ditemukan berbagai mesin untuk memproduksi obat.

"Bermula dari temuan kecil, informasi kecil, dikembangkan sehingga kami dapat langsung 42 juta butir," ujar Antam dalam jumpa pers di Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa (6/9/2016).

Tak hanya memproduksi, pabrik tersebut juga mengedarkan obat-obatan secara ilegal. Peredarannya mayoritas di Kalimantan Selatan.

Antam mengatakan, penyelidikan soal produksi dan peredaran obat palsu dimulai delapan bulan lalu.

Banyak pelaku tindak pidana yang mengaku menggunakan obat-obatan palsu tersebut sebelum melakukan kejahatan.

Dalam jumpa pers tersebut, Ketua BPOM Penny Lukito mengatakan, obat yang dipalsukan rata-rata merupakan obat pereda sakit.

Dari kelima pabrik itu, disita sebanyak 42.480.000 butir obat-obatan dari berbagai merek.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com