Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/09/2016, 10:15 WIB

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tinggi badan bisa menjadi masalah serius bagi seseorang. Untuk mendapat tinggi badan yang ideal diperlukan tiga hal yang saling terkait dan menunjang, yakni faktor genetik, nutrisi, dan aktivitas.

Ahli bedah tulang dari Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi Indonesia, Dr. Andito Wibisono Sp.OT, FICS menjelaskan kalau tinggi badan sangat dipengaruhi oleh gen. Jika orangtuanya tinggi, maka kemungkinan besar anaknya akan tinggi pula.

Bahkan beberapa ahli medis mengatakan, jika tinggi seseorang bisa melampaui orangtuanya dikarenakan gen bawaan dari kakek atau nenek buyut. Meski sedikit mengandalkan keberuntungan, gen tinggi dari kakek nenek ini melewati satu generasi dan ‘hinggap’ pada cucunya. Ini menjelaskan, kenapa ada anak yang tubuhnya lebih tinggi dari orang tuanya.

Ada pun pusat pertumbuhan tinggi manusia ada pada lempeng epiphyseal yang terletak di ujung tiap tulang panjang. Lempengan ini butuh bantuan berbagai hormon untuk mendongkrak tinggi seseorang.

“Untuk menunjang kerja berbagai hormon tersebut dibutuhkan asupan nutrisi yang baik. Tanpa nutrisi yang baik, tinggi badan bisa terhambat,” ujar Dr. Andito.

Ia mencontohkan, bangsa Jepang dulu dikenal sebagai bangsa yang pendek atau kate. Tapi kini, mereka tak bisa disebut demikian, karena tingginya sudah sama dengan rata-rata orang Indonesia.

“Itu karena perbaikan di sektor nutrisi dari generasi ke generasi. Jadi, nutrisi berperan pada pertumbuhan tinggi seseorang,” kata Dr. Andito.

Nutrisi yang diperlukan tak semata kalsium yang dikenal sebagai bahan bakar untuk pertumbuhan tulang. Dianjurkan untuk mengasup makanan yang seimbang nutrisinya.

Agar lebih optimal, aktifitas yang bisa merangsang kerja lempeng epiphyseal bisa dilakukan. Misalnya, olahraga basket, berenang, dan aerobik.

Yang perlu diingat, olahraga ini harus diimbangi dengan istirahat yang cukup. Sebab, hormon pertumbuhan bekerja lebih efektif ketika tubuh dalam keadaan istirahat.

Aktivitas fisik yang merangsang tinggi badan juga sebaiknya dilakukan pada masa pertumbuhan. Jika dilakukan setelah masa pertumbuhan, bisa dibilang sia-sia.

“Ketiga faktor ini saling berkaitan. Jika punya gen tinggi, tapi tak didukung oleh nutrisi dan aktivitas yang memadai, bisa jadi pertumbuhannya tidak optimal,” kata Dr. Andito.

Mengenai standar tinggi seseorang, Dr. Andito mengaku tak punya ukuran baku. Menurutnya, ukuran tinggi tiap daerah bisa berbeda.

“Bagi orang Indonesia, tinggi badan 170 sentimeter mungkin dianggap cukup tinggi. Tapi, bagi orang Eropa, 170 sentimeter tergolong kurang tinggi. Jadi standar tinggi badan seseorang itu tergantung dari masing-masing masyarakat menilainya,” imbuh Dr. Andito.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com