Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbedaan Ciri Pasien Diabetes di Negara Maju dan Asia

Kompas.com - 22/10/2016, 10:00 WIB

KOMPAS.com — Diabetes melitus adalah penyakit yang ditemukan di seluruh dunia, tetapi peningkatan kasusnya terbanyak, lebih dari 60 persen ada di negara berpenghasilan rendah - menengah seperti Asia Pasifik. Secara umum, ada perbedaan mencolok antara pasien diabetes di negara maju dengan di Asia.

Dr Pradana Soewondo, SpPD-KEMD, Guru Besar Endokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan, karakteristik pasien diabetes di negara Asia, termasuk Indonesia, adalah bertubuh pendek, memiliki perut buncit, dan timbul pada usia muda.

Sementara itu, di negara maju pada umumnya diabetes dialami oleh orang berusia lanjut. Perjalanan penyakitnya juga lebih baik.

"Hampir 46 persen pasien di Indonesia belum terdiagnosis dan belum tersentuh layanan kesehatan. Kalau di negara maju hampir semua pasien sudah terdiagnosis dan sudah berobat sehingga angka komplikasi juga rendah," kata Pradana.

Kasus diabetes pada orang berusia muda atau kurang dari 40 tahun di seluruh dunia memang terus meningkat. Kejadian pada usia ini dianggap prematur karena, menurut indikator Organisasi Kesehatan Dunia, diabetes biasanya terjadi pada usia sekitar 70 tahun.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, jumlah penderita diabetes usia di bawah 44 tahun memiliki prevalensi total 1,5 persen dari total penduduk Indonesia.

Diabetes adalah penyakit yang disebabkan kadar gula darah dalam tubuh melebihi batas wajar, yakni di atas 200 mg/dL (miligrams per deciliter). Kondisi itu bisa menyebabkan gula terbawa dalam aliran darah dan merusak fungsi tubuh. Gejala-gejalanya, antara lain, sering haus dan buang air kecil, berat badan menyusut, dan gangguan penglihatan.

Penyakit diabetes sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup kurang sehat dan berat badan berlebih. Pola makan tinggi kalori, garam, lemak jenuh, dan gula, tetapi rendah serat berisiko diabetes. Selain itu, gaya hidup kurang bergerak juga memicu timbulnya diabetes.

Bagi penyandangnya, diabetes menyebabkan penurunan produktivitas, disabilitas, dan kematian dini. Penurunan produktivitas dan beban ekonomi dirasakan keluarga pasien.

Bagi negara, diabetes yang menjadi predisposisi bagi banyak penyakit tak menular lain membebani biaya kesehatan. Penyakit tidak menular menahun, seperti diabetes, menghabiskan biaya kesehatan besar.

Baca juga: Diabetes, Pembunuh dalam Senyap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com