Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyambung Tulang Patah sampai Perbaiki Ereksi Berkat "Stem Cell"

Kompas.com - 22/10/2016, 17:16 WIB
Dian Maharani

Penulis

KOMPAS.com - Sel punca atau yang lebih dikenal dengan stem cell menjadi harapan baru bagi pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan. Sel punca adalah sel hidup yang memiliki kemampuan meregenerasi dirinya sendiri dan mampu berdiferensiasi menjadi sel lain.

Ketika ada sel tubuh yang rusak karena penyakit, sel punca akan berjalan dengan sendirinya menuju sel yang rusak itu dan menggantikannya. Tubuh pun akhirnya akan mengalami perbaikan. Dengan memiliki kemampuan itu, tak heran jika para peneliti percaya bahwa sel punca bisa berbagai penyakit.

Kepala Laboratorium Regenerative and Cellular Therapy (ReGeniC), Yuyus Kusnadi, PhD, mengungkapkan, di Indonesia pun pengobatan sel punca sudah diakukan untuk mengobati berbagai penyakit.

"Stem cell diberikan pada pasien yang susah diobati. Kalau pasien bisa diobati dengan standar terapi, enggak usah pakai stem cell karena biayanya mahal," kata Yuyus dalam diskusi media di Jakarta, Jumat (21/10/2016).

Berikut adalah beberapa gangguan penyakit yang sudah diterapi dengan sel punca.

1. Kerusakan tulang rawan
Yuyus menceritakan, tahun 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, pernah menggunakan sel punca untuk mengatasi tulang rawan yang pecah karena cedera olahraga. Sel punca diambil dari sumsum tulang dan diproses selama 3-4 minggu untuk kemudian dimasukkan ke bagian lutut yang mengalami kerusakan tulang rawan.

2. Patah tulang
Tahun 2010, tim dokter dari RSCM juga melakukan terapi sel punca pada pasien yang mengalami patah tulang dengan kondisi tulang tidak bisa menyambung kembali. Yuyus menjelaskan, sel punca pun dimasukkan ke dalam biomaterial. Material berisi sel punca tersebut kemudian ditanam di antara tulang yang tidak tersambung.

"Setelah 6 bulan, tulangnya sudah nyambung lagi. Ini sudah dipublikasikan," jelas Yuyus.

3. Serangan jantung
Manfaat sel punca untuk mengatasi pasien yang memiliki riwayat serangan jantung juga pernah dibuktikan di RS Jantung Harapan Kita tahun 2009. Sel punca diberikan langsung ke target, yaitu jantung, dengan menggunakan alat bantu kateter. Dari 30 pasien, sebagian mendapat manfaat berarti dari sel punca.

"Ada yang selama ini tidak bisa jalan karena penyakit jantung, setelah stem cell sudah bisa umroh," kata Principal Investigator Stem Cell and Cancer Institute itu.

4. Cedera saraf tulang belakang
Sel punca pernah diberikan kepada pasien yang mengalami cedera saraf tulang belakang. Selain perbaikan di tulang belakang, pasien ternyata juga mengalami perbaikan di fungsi reproduksinya, yaitu bisa kembali ereksi. Perbaikan tersebut didapatkan setelah 6 bulan diberikan sel punca. Dalam uji klinis, sel punca hanya boleh diberikan satu kali kepada pasien.

5. Cerebral Palsy
Terapi sel punca juga pernah diberikan kepada bayi dengan cerebral palsy yang harapan hidupnya sangat kecil. Yuyus mengatakan, pemberian sel punca untuk cerebral palsy itu adalah yang pertama kalinya di Indonesia.

Orangtua anak tersebut ternyata menyimpan tali pusat di bank tali pusat. Sel punca pun diambil dari tali pusat anak itu sendiri dan diberikan tahun 2015.

Yuyus mengatakan, pertumbuhan sel terjadi sangat cepat karena diambil dari bayi baru lahir. Sebab, seiring bertambahnya usia, jumlah sel punca pun mengalami penurunan. Meski tidak mengalami perbaikan secara keseluruhan, kondisi anak tersebut jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Sekarang ibunya boleh dibilang bisa tersenyum. Dulunya anaknya lemah sekali," kata Yuyus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com