Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/01/2017, 17:00 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

KOMPAS.com - Kasus penyakit flu saat ini sedang naik, menurut pernyataan dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) di AS. Para ahli memperingatkan musim flu tahun ini lebih parah.

Sebuah studi baru dari Journal of Clinical Virology menemukan tepatnya bagaimana cuaca dingin dan penyebaran virus flu terjadi.

Ternyata wabah flu musiman muncul pertama setiap tahun sekitar seminggu setelah musim dingin di Swedia yang terjadi selama tiga tahun terakhir ketika peneliti melacak pola cuaca dan prevalensi virus.

Selama itu peneliti mengumpulkan lebih dari 20.000 usapan hidung dari orang yang mencari perawatan kesehatan di dan sekitar kota Gothenburg. Usapan itu dianalisa untuk influenza A dan virus pernapasan lain. Kemudian mereka membandingkan penemuan itudengan data cuaca dari Swedish Meteorological and Hydrological Institute.

Pola konsisten secara mengejutkan terjadi : setiap tahun, pekan pertama suhu yang benar-benar dingin dengan kelembabab rendah, serta suhu di bawah beku tampaknya memicu penyebaran flu.

"Kami percaya penurunan suhu mendadak menyumbang mulainya epidemi," kata pemimpin penelitian Nicklas Sundell, peneliti dari Sahlgrenska Academy dan spesialis penyakit infeksi di Sahlgrenska Univesity Hospital dalam sebuah konferensi pers.

"Begitu epidemi dimulai, epidemi terus berlanjut kendati suhu naik. Sekali seseorang sakit dan menular, lebih banyak orang tertular," katanya.

"Partikel yang dibawa udara berisi cairan dan virus dari bersin, contohnya, dapat menyebar lebih mudah di udara dingin dan kering," kata peneliti.

Udara kering menyerap kelembaban dari partikel, mengerutkannya dan membantunya tetap di udara lebih lama dan beterbangan lebih jauh.

Studi menemukan beberapa infeksi pernapasan seperti virus respiratory syncytial dan coronavirus mengikuti pola sama yang dipicu suhu. Tetapi yang lain seperti rhinovirus tampaknya tak terpengaruh oleh musim atau cuaca.

Sundell mengatakan pengetahuan lebih baik mengenai wabah berbasis pada cuaca mungkin membantu dokter dan para ahli kesehatan masyarakat mengetahui apa yang akan terjadi dan mengomunikasikannya ke masyarakat.

"Jika Anda dapat memprediksi awal epidemi tahunan flu dan virus pernapasan lain, Anda dapat menggunakan pengetahuan ini untuk mengampanyekan vaksin flu," katanya. Bagian gawat darurat rumah sakit juga dapat menyiapkan diri menghadapi peningkatan jumlah pasien.

Tentu saja udara dingin bukan hanya satu-satunya prasyarat untuk wabah flu. "Virus itu juga harus ada di tengah masyarakat dan cukup banyak orang yang rentan terkena infeksi," katanya.

"Flu pun masih bisa menyebar di cuaca yang hangat sepanjang tahun," kata Nirav Patel, asisten profesor penyakit infeksi dari Saint Louis University yang tak terlibat dalam studi ini.

"Jelas bahwa penurunan suhu itu penting tetapi bukan satu-satunya faktor," tambahnya.

Ia pun menekankan bahwa studi itu hanya mampu menemukan korelasi antara cuaca dan musim flu di daerah tertentu. "Kita perlu melihat tiruan riset ini di daerah iklim lain untuk menilai apakah fenomena ini konsensten di daerah lain atau hanya unik di Swedia," tambahnya.

Kendati demikian ia mengatakan penemuan ini menarik dan harus ditelusuri lebih jauh.

Sementara itu ia terus merekomendasikan hal yang sama untuk pencegahan flu tanpa memandang suhu di luar : tutuplah mulut ketika batuk atau bersin, sering cuci tangan dan mendapatkan vaksi flu setiap tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com