Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/02/2017, 14:00 WIB

KOMPAS.com - Kanker paru merupakan jenis kanker penyebab utama kematian pada pria dan wanita. Walau begitu, terapi pengobatan yang ada belum ada yang efektif menekan angka kematian karena para ilmuwan belum memahami bagaimana penyakit ini bermula.

Sebuah studi terbaru menemukan potongan puzzle yang penting, sel-sel yang tampaknya memicu timbulnya sel karsinoma atau jenis kanker paru. Walau riset mendalam masih diperlukan, tetapi tim peneliti percaya bahwa pemahaman akan muasal kanker bisa membantu pencegahannya.

Penelitian yang dipimpin oleh Clare Weeden dari Univerisas Melbourne, Australia, ini menemukan sel punca yang memperbaiki paru-paru ketika ada kerusakan akibat polusi atau asap rokok.

Sel-sel, atau sel punca basal paru, memang memicu perbaikan tersebut, tetapi juga cenderung menghasilkan mutasi yang bisa berakibat kanker. Dengan mengidentifikasi sel-sel ini sebagai asal kanker paru diharapkan kelak bisa dibuat obat-obatan yang menargetkan sel itu sebelum berkembang jadi kanker.

Untuk riset ini, Weeden menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menganalisis sampel sel-sel paru dari organ paru pasien kanker paru. Uniknya, saat ia menganalisis pasien kanker non-paru, ia baru menemukan apa yang dicarinya.

Weeden mengungkapkan kaitan antara status merokok dan kualitas sel punca basal. Sampel dari pasien yang tidak pernah merokok memiliki pertumbuhan sel basal lebih rendah. Sebaliknya, pada perokok berat laju pertumbuhannya lebih pesat.

"Paru kita terus-menerus terpapar dengan apa yang kita hirup. Saat kita menghirup sesuatu seperti asap rokok, sel-sel basal akan menerima sinyal untuk tumbuh dan memperbaiki kerusakan itu," kata Weeden.

Karena sel-sel tersebut rentan bermutasi, maka semakin mereka giat memperbaiki, kemungkinannya mengalami mutasi menjadi sel kanker semakin besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau