Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/03/2017, 16:00 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit sendi termasuk jenis penyakit yang banyak diderita masyarakat Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, angka prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dan gejalanya mencapai 24,7 persen.

Selain akibat faktor usia, kebiasaan sehari-hari juga dapat meningkantkan risiko pada sendi.

Dokter spesialis kedokteran olahraga, dr Ade Tobing, SpKO mengungkapkan, kebiasaan sehari-hari yang bisa membahayakan sendi adalah gaya hidup kurang aktif atau dikenal dengan gaya hidup sedentari.

"Kalau kurang gerak, bisa menyebabkan kekakuan sendi. Lama-kelamaan sendinya bisa rusak," kata Ade dalam acara peluncuran program "Sayangi Sendi" oleh PT Kalbe Farma di Kantor PB IDI, Jakarta, Kamis (2/372017).

Contoh gaya hidup tidak sehat itu misalnya terlalu lama duduk selama dua jam tanpa bergerak sudah bisa terjadi kekakuan dan kelemahan, terutama pada daerah lutut dan tulang belakang. Kondisi ini banyak ditemui pada pekerja kantoran.

"Jadi harus melakukan peregangan mulai dari kepala sampai kaki," imbuh Ade.

Kebiasaan main gawai pada remaja yang membuat mager atau malas bergerak juga sebaiknya dihindari demi kesehatan sendi. Dari gaya hidup sedentari itu bisa memicu kegemukan. Kelebihan berat badan dapat membebani persendian dan memicu inflamasi.

Ade mengatakan, olahraga tak hanya untuk mencegah nyeri sendi, tetapi juga menjaga kesehatan secara keseluruhan.

Meski demikian, olahraga pun harus terukur dan teratur. Bila terlalu berlebihan, misalnya melompat dan menghentakkan kaki sangat keras juga dapat menyebabkan nyeri sendi.

Dokter spesialis ortopedi Adib Khumaidi menambahkan, masalah yang paling sering terjadi pada sendi adalah di tulang rawan.

"Ibaratnya kalau ada engsel pintu tapi enggak di buka-buka kan bisa karatan. Tapi kalau sering digerakin, dikasih pelumas enggak karatan. Kalau kita kurang gerak, aus jadinha," jelas Adib.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com